Suara.com - Lebih dari 850 sapi terombang-ambing di sebuah kapal dan terancam harus dibunuh setelah ditolak masuk ke Turki dan sejumlah negara karena dianggap terpapar virus bluetongue.
Menyadur Sky News, Minggu (28/2/2021) ratusan sapi tersebut diangkut oleh Kapal Karing Allah yang berlayar dari pelabuhan Cartagena di Spanyol dan berencana ke Turki.
Namun, ketika akan memasuki Turki, ratusan sapi tersebut ditolak menyusul adanya laporan dari dokter hewan di Spanyol akan kekhawatiran bluetongue.
Menurut aktivis hak-hak hewan, ratusan sapi tersebut dalam kondisi yang sangat mengenaskan. Mereka mengapung tanpa kepastian di laut selama dua bulan.
Baca Juga: Kritik Lini Depan Barcelona, Koeman: Tolong Bantu Messi Dong!
Virus sapi yang dibawa serangga menyebabkan ketimpangan dan perdarahan pada sapi tetapi tidak memengaruhi manusia.
Setelah ditolak dari Turki, ratusan sapi yang belum diketahui pemiliknya tersebut tidak kunjung menemukan pembeli baru.
Kapal itu kemudian ditolak oleh beberapa negara di Uni Eropa, bahkan untuk mengisi kembali pakan ternak, membiarkan sapi-sapi itu pergi beberapa hari hanya minum air.
Kapal itu menjadi kapal paria dan kini telah kembali ke titik awalnya di Cartagena.
Laporan rahasia oleh dokter hewan pemerintah Spanyol dan dilihat oleh Reuters mengatakan hewan-hewan itu menderita akibat perjalanan jauh dan harus dibunuh.
Baca Juga: Berbalas Penalti, Levante Vs Athletic Bilbao Berakhir Imbang 1-1
Meskipun tidak mengkonfirmasi apakah hewan tersebut menderita bluetongue atau tidak, dikatakan bahwa mereka tidak boleh diizinkan masuk ke Uni Eropa.
Aktivis hak-hak hewan Silvia Barquero, direktur LSM Hewan Igualdad, menyebut penyeberangan itu "mengerikan" untuk ternak dan mempertanyakan apa yang terjadi dengan limbah yang dihasilkan sapi selama penyeberangan.
"Kami yakin mereka berada dalam kondisi sanitasi yang tidak dapat diterima." ujarnya.
Dua puluh dua ekor sapi diyakini telah mati selama mereka berlayar, dan sementara 20 dari mayat telah dipotong dan dibuang ke laut, dua sapi mati tetap berada di kapal.
Seorang pengacara yang mewakili pemilik kapal Talia Shipping Line, yang terdaftar di Lebanon, mengatakan dia yakin pembantaian itu sekarang pasti akan dilanjutkan.
Sementara itu, kapal kedua, ElBeik, yang juga berlayar dari Spanyol pada bulan Desember dengan muatan hampir 1.800 sapi, saat ini ditambatkan di pelabuhan Famagusta di Siprus Turki.
Kementerian pertanian negara-negara terkait belum mengeluarkan pernyataan resmi mengenai insiden tersebut.