Suara.com - Seorang pria Jerman didakwa melakukan spionase karena diduga memberikan informasi tentang properti yang digunakan oleh parlemen Jerman kepada intelijen militer Rusia.
Menyadur Sky News, Jumat (26/2/2021) pria tersebut hanya diidentifikasi sebagai Jens F karena sesuai dengan aturan privasi Jerman, didakwa menjual informasi tentang denang gedung yang digunakan parlemen Jerman.
Tersangka bekerja untuk sebuah perusahaan yang telah berulang kali dikontrak untuk memeriksa peralatan listrik portabel oleh Bundestag, majelis rendah parlemen Jerman.
Jaksa federal Jerman mengatakan pria tersebut memiliki akses untuk membuka file PDF denah lantai properti yang terlibat.
Baca Juga: Viral Model Rusia Telanjang di Atas Punggung Gajah Sumatera, Lokasi di Bali
Bundestag berbasis di gedung Reichstag, sebuah landmark Berlin, tetapi juga menggunakan beberapa situs lain sebagai kantor.
Pada titik tertentu sebelum awal September 2017, tersangka "memutuskan atas kemauannya sendiri" untuk memberikan informasi tentang properti tersebut kepada intelijen Rusia, kata jaksa penuntut.
Mereka menuduh pria tersebut mengirim file PDF kepada seorang pegawai Kedutaan Besar Rusia di Berlin, yang merupakan seorang perwira badan intelijen militer GRU Rusia.
Pada bulan Oktober, Uni Eropa menjatuhkan sanksi kepada dua pejabat Rusia dan sebagian dari badan GRU atas serangan siber terhadap parlemen Jerman pada tahun 2015.
Selain itu, seorang pria Rusia yang dituduh membunuh seorang pria Georgia di pusat kota Berlin atas perintah Moskow pada tahun 2019 diadili di Berlin.
Baca Juga: WN Rusia Buron Interpol Ditangkap Polisi Bersama Pacar
Ketegangan semakin panas ketikan pemimpin oposisi Rusia Alexei Navalny, diterbangkan ke Jerman untuk dirawat setelah sakit akibat diracun, dan kemudian ditangkap segera setelah kembali ke Rusia.
Alexei Navalny jatuh sakit selama penerbangan domestik di Rusia pada 20 Agustus tahun lalu.
Setelah tes oleh Organisasi untuk Larangan Senjata Kimia mengkonfirmasi pria tersebut keracunan agen saraf novichok.
Menteri luar negeri Rusia Sergey Lavrov menuduh Jerman "tidak berencana untuk memberikan fakta apapun, terlepas dari semua kewajiban hukum dan internasional".
Enam anggota pemerintah Rusia diberi larangan perjalanan dan pembekuan aset dari Uni Eropa dan Inggris Raya setelah insiden tersebut.