Suara.com - Dalam waktu dekat, umat Hindu akan merayakan Hari Raya Nyepi yang jatuh pada tanggal 14 Maret 2021. Tentu menarik untuk Anda yang kebetulan tidak merayakannya, untuk mengetahui serba-serbi terkait salah satu hari besar umat Hindu ini. Berikut prosesi, makna dan sejarah Hari Raya Nyepi.
Sejarah Hari Raya Nyepi
Hari raya Nyepi sendiri sudah dirayakan sejak tahun 78 masehi silam. Hari raya ini merupakan perayaan atas tahun baru Saka, dalam kalender Saka yang digunakan umat Hindu sebagai acuan penanggalan.
Kalender ini juga yang digunakan untuk menentukan kapan hari raya lain akan jatuh, sehingga bisa dirayakan dengan tepat waktu. Meski demikian, jumlah hari dalam satu bulannya tidak sama dengan kalender umum yang digunakan masyarakat. Acuan penghitungan hari adalah acuan gerakan bulan, bukan matahari.
Baca Juga: Ogoh-ogoh Absen di Perayaan Nyepi Tahun Ini
Sejarahnya sendiri berakar pada pertempuran jangka panjang yang terjadi di India antara beberapa suku, termasuk salah satunya suku Saka. Setelah pertarungan yang panjang, akhirnya suku Saka memenangkan pertempuran tersebut.
Tapi alih-alih menghancurkan musuh-musuhnya, raja suku Saka merangkul semua musuhnya tersebut untuk membuat satu kerajaan besar dengan kebudayaan yang beragam. Dari sinilah Hari Raya Nyepi mulai dirayakan, sebagai hari kebersamaan, kebangkitan, pembaruan, dan persatuan, dan diperingati dengan merayakan kedamaian dan kerukunan.
Secara singkat, berikut urutan prosesi dari perayaan hari raya Nyepi.
- Melasti
Baca Juga: Pura Tertua di Riau Ternyata Ada di Rokan Hilir
Dimulai dengan upacara Melasti, yang bermakna untuk membuang kotoran atau sifat negatif. Umat Hindu memulai upacara ini dengan berdoa untuk diberikan kekuatan melaksanakan Catur Brata Penyepian, dan persembahyangan ini akan dilaksanakan di laut sebagai tempat membuang segala hal buruk.
Prosesi kedua disebut dengan Tawur Agung dan Pangerupukan. Tawur Agung sendiri adalah ritual suci yang diadakan satu haru menjelang hari raya Nyepi, dan ditujukan untuk mengembalikan sari kehidupan yang telah digunakan manusia. Tawur Agung juga bertujuan untuk mengembalikan keharmonisan antara manusia dengan manusia, dan semua elemen alam semesta beserta Tuhan.
Tawur Agung sendiri akan disertai dengan upacara Pengerupukan, dengan menebar nasi tawur dan meletakkan obor di sekeliling rumah, dan mengarak ogoh-ogoh disertai dengan suara dan bebunyian keras.
- Catur Brata Penyepian
Pada hari berikutnya, umat Hindu merayakan hari raya Nyepi dan melaksanakan Catur Brata Penyepian. Sederhananya, Catur Brata Penyepian ini adalah pantangan yang harus dilakukan dalam rangka mensucikan diri dari semua hal buruk yang telah dilakukan.
- Pertama Amati Geni, yang artinya tidak menyalakan api, cahaya, listrik, atau sejenisnya.
- Kedua Amati Lelungan, yakni umat tidak boleh keluar lingkungan rumah selama satu hari penuh.
- Ketiga adalah Amati Lelanguan, yakni umat dilarang bersenang-senang, berpesta atau sejenisnya.
- Dan terakhir adalah Amati Karya, yakni umat dilarang bekerja.
Catur Brata Penyepian sendiri dilakukan selama 24 jam penuh, dan biasa dimulai pada pukul 06.00 waktu setempat.
Prosesi terakhir disebut dengan Ngembak Geni, yang menandai berakhirnya perayaan hari raya Nyepi oleh umat Hindu. Semua umat diperbolehkan kembali beraktivitas seperti biasa.
Tidak seperti hari raya pada umumnya yang dirayakan dengan pesta dan hingar bingar, hari raya Nyepi dirayakan dalam kesunyian. Makna mendalam dari perayaan ini adalah bahwa umat Hindu selalu diingatkan jika apapun yang ada di dunia bukanlah apa-apa, sehingga umat tidak boleh terlalu bergantung pada semua hal.
Makna Hari Raya Nyepi lainnya adalah bahwa umat bisa menyambut tahun baru Saka dengan semangat baru, dan tubuh, pikiran, dan jiwa yang bersih dari hal-hal buruk yang sudah dilalui.
Demikian penjelasan tentang makna Hari Raya Nyepi, prosesi dan sejarah hari besar umat Hindu tersebut.
Kontributor : I Made Rendika Ardian