Sedih, Walhi Sebut Kerusakan Lingkungan Masih Dianggap Wajar di Indonesia

Rabu, 24 Februari 2021 | 21:44 WIB
Sedih, Walhi Sebut Kerusakan Lingkungan Masih Dianggap Wajar di Indonesia
Lahan tambang timah yang rusak. (dok Walhi)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Kerusakan lingkungan tidak hanya berdampak buruk bagi bumi, tapi juga manusia. Sayangnya, masih ada anggapan bahwa kerusakan lingkungan adalah hal wajar.

Direktur Eksekutif Nasional Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Nur Hidayati bingung ketika masih ada segelintir orang tidak percaya akan krisis lingkungan hidup yang sedang terjadi.

Pembangunan yang terus dilakukan lantas menggiring pemikiran orang-orang kalau kerusakan-kerusakan lingkungan hidup itu sebuah kenormalan.

Wanita yang akrab disapa Yaya tersebut menjelaskan bahwa kerusakan lingkungan hidup itu bisa dirasakan dalam kehidupan masyarakat setiap harinya. Pertama dibuktikan oleh kualitas udara yang tidak sehat.

Baca Juga: Kisah Kasus Pelemparan Atap Seng Pabrik Rokok oleh Empat Ibu di Lombok

"Karena memang udara kita itu sudah sangat kotor di kota-kota besar," kata Yaya dalam webinar Partai Hijau Indonesia bertajuk Menjawab Krisis Demokrasi dan Lingkungan Hidup, Rabu (24/2/2021).

Bukan hanya udara, kualitas air juga menjadi bukti bahwa kerusakan lingkungan hidup memang sedang terjadi. Meski Indonesia tidak akan bingung soal ketersediaan air, namun banyak masyarakat justru mendapatkan dengan kualitas yang tidak memadai.

Buruknya kualitas air itu dibuktikan dengan tingkat kematian balita paling tinggi di Indonesia yang disebabkan oleh water born dan air born disease.

"Artinya penyakit-penyakit yang dibawa oleh air dan yang dibawa oleh udara seperti ISPA lalu diare dan lain-lain," ucapnya.

Dengan begitu, Yaya pun menegaskan bahwa masyarakat tengah berjalan beriringan dengan dampak dari kerusakan lingkungan hidup itu sendiri. Sayangnya, masyarakat seolah menganggap hal tersebut sebagai sesuatu yang wajar.

Baca Juga: Walhi: 5.744 Desa Rawan Bencana di Indonesia Miliki Izin Dieksploitasi

"Tapi bahwa kondisi-kondisi yang seharusnya ini merupakan suatu kondisi yang buruk itu sudah dianggap menjadi keniscayaan atau sudah dianggap sebagai hal yang normal. Ini lah salah satu (yang) dianggap sebagai konsekuensi dalam tanda kutip dari pembangunan," tutupnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI