Hal itu tentu tidak menutup kemungkinan, kondisi kesehatannya dapat menurun, ditambah lagi jam kerjanya yang tidak mengenal waktu.
“Khawatir pasti, tapi kita Tawakal saja, dengan menjaga diri taat protokol kesehatan dan minum vitamin yang sudah diberikan,” ujar Maman.
“Kalau jam kerja tidak menentu, jam tujuh pagi saya harus sudah ada di lokasi. Bisa pulang, sampai sekelarnya jenazah habis. Kalau misalnya jam delapan masih ada kita harus nunggu, kadang jam 10, jam 11. Jam istirahatnya palingan siang kita makan dan istirahat sebentar, jenazah datang kita kerja lagi,” jelas Maman.
Di samping itu, Maman mengungkapkan jika beban tugasnya saat ini sudah jauh berkurang dibanding beberapa waktu lalu. Sebelumnya, saat angka kematian Covid-19 di Jakarta tinggi, dalam sehari dia bersama rekannya harus memakamkan 40- 60 jenazah, namun sekarang sekitar 20 jenazah.
“Untuk saat ini berkurang sih, sebelumnya bisa 40 sampai 60 dalam sehari,” ujar Maman.
Tantangan bekerja sebagai petugas penggali makam khusus Covid-19 di tengah musim hujan yang melanda juga turut dirasakan Surahman, rekan Maman sesama petugas penggali makam.
“Kalau saat ini kesulitannya paling kendalanya kalau hujan saja, karena meski hujan kita harus masih bekerja dalam keadaan basah,” ujarnya.