Suara.com - Hujan lebat yang jatuh di kawasan Tempat Pemakaman Umum (TPU) Bambu Apus, Cipayung, Jakarta Timur telah reda, Selasa (23/2/2021) petang. Guyuran hujan itu menyisakan genangan air berwarna cokelat di lubang-lubang makam yang menganga, dan juga membuat jalanan setapak di sela-sela makam sulit untuk dilalui, karena dipenuhi lumpur.
Persis saat itu mobil ambulans pengantar jenazah Covid-19 tiba di TPU ini. Beruntung, hal itu mungkin yang dirasakan Maman dan rekannya, para petugas penggali makam khusus Covid-19 di lokasi ini.
Setidaknya Maman tidak harus bekerja di bawah guyuran hujan lebat. Seperti hari-hari sebelumnya. Berselang beberapa saat, salah satu rekan Maman menghampiri ambulans itu, membawa gerobak. Peti jenazah pun diturunkan, lalu didorong menuju peristirahatan terakhir.
Di lubang kuburan yang sudah dipastikan kering, setelah disedot airnya, peti diturunkan menggunakan tambang. Maman dan rekan-rekannya begitu kesulitan saat itu, salah satu dari mereka bahkan ada yang terpeleset.
Baca Juga: Berjualan di TPU Khusus Covid-19, Susi dkk Lawan Rasa Takut Demi Rupiah
Usai jenazah berada di liang lahad, salah satu petugas memanggil perwakilan keluarga agar melantunkan azan kepada jenazah Covid-19 untuk terakhir kalinya.
Setelahnya, lubang kuburan pun ditutup tanah. Sekitar tiga atau empat anggota keluarganya pun datang menghampiri, menaburkan bunga dan merapal doa-doa, agar yang berpulang tenang di sisi Tuhan.
Selesai sudahlah tugas Maman dan rekannya untuk jenazah itu. Terhitung pada hari ini, sekitar 12 mayat korban keganasan Covid-19 telah mereka kebumikan.
Maman pun berkisah, hujan lebat yang melanda Jakarta dalam beberapa hari terakhir ini menyulitkannya bertugas. Dia dan rekannya harus bekerja di bawah guyuran hujan.
“Tantangannya pas hujan, karena kita harus bertugas dalam keadaan basah kuyup, selain itu juga kan jadi licin. Jadi mau tidak mau kami mandi hujan. Tantangannya itu sih” ujar Maman saat ditemui Suara.com di TPU Bambu Apus, Selasa.
Baca Juga: TPU Bambu Apus Kebanjiran, Kuburan Pasien Covid-19 Amblas
Bekerja sebagai petugas penggali kubur khusus Covid-19, diakui Maman bukan tanpa risiko, apalagi kondisi saat ini di Ibu Kota masuk musim penghujan.
Hal itu tentu tidak menutup kemungkinan, kondisi kesehatannya dapat menurun, ditambah lagi jam kerjanya yang tidak mengenal waktu.
“Khawatir pasti, tapi kita Tawakal saja, dengan menjaga diri taat protokol kesehatan dan minum vitamin yang sudah diberikan,” ujar Maman.
“Kalau jam kerja tidak menentu, jam tujuh pagi saya harus sudah ada di lokasi. Bisa pulang, sampai sekelarnya jenazah habis. Kalau misalnya jam delapan masih ada kita harus nunggu, kadang jam 10, jam 11. Jam istirahatnya palingan siang kita makan dan istirahat sebentar, jenazah datang kita kerja lagi,” jelas Maman.
Di samping itu, Maman mengungkapkan jika beban tugasnya saat ini sudah jauh berkurang dibanding beberapa waktu lalu. Sebelumnya, saat angka kematian Covid-19 di Jakarta tinggi, dalam sehari dia bersama rekannya harus memakamkan 40- 60 jenazah, namun sekarang sekitar 20 jenazah.
“Untuk saat ini berkurang sih, sebelumnya bisa 40 sampai 60 dalam sehari,” ujar Maman.
Tantangan bekerja sebagai petugas penggali makam khusus Covid-19 di tengah musim hujan yang melanda juga turut dirasakan Surahman, rekan Maman sesama petugas penggali makam.
“Kalau saat ini kesulitannya paling kendalanya kalau hujan saja, karena meski hujan kita harus masih bekerja dalam keadaan basah,” ujarnya.