Sektor Pertanian saat Pandemi, Dorodjatun: Untung Pangan Tak Jadi Soal

Selasa, 23 Februari 2021 | 15:49 WIB
Sektor Pertanian saat Pandemi, Dorodjatun: Untung Pangan Tak Jadi Soal
Ilustrasi Sektor Pertanian dan Ketahanan Pangan. (Suara.com/Andri)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Dewan Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, Dorodjatun Kuntjoro Jakti mengatakan sektor pertanian dapat menjadi alternatif pemenuhan kebutuhan pokok masyarakat Indonesia yang terkena dampak langsung akibat situasi dan kondisi pandemi Covid-19 berkepanjangan.

Dengan terus berjalannya sektor pertanian saat pandemi, menurut Dorojathun, hal tersebut menguntungkan masyarakat. Ia pun meminta semua elemen bangsa untuk menjaga dan merawat ketersediaan pangan nasional yang sejauh ini masih dalam kondisi baik.

"Beruntung di tengah pandemi seperti saat ini food (pangan) tidak jadi soal, kalau jadi soal mati sudah kita," ujar Dorodjatun dalam sesi diskusi virtual bertajuk 'Menakar Kekuatan Sektor Pertanian Sebagai Penopang Ekonomi Nasional' yang diselenggarakan Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Universitas Indonesia (LPEM UI), Selasa, (23/2/2021)

Dorodjatun bilang, kebutuhan pangan mutlak dipenuhi secara berkelanjutan karena makanan adalah sumber utama dari berbagai kehidupan.

Baca Juga: UI : 1% Pertumbuhan Pertanian Berdampak pada 1,36% Pertumbuhan Industri

"Sangat terlihat jelas bahwa sektor pangan di tengah pandemi jalan terus. Di Indonesia saja kalau terjadi krisis ekonomi masyarakat pasti pulang kampung dan bertanam. Jadi saya kira di dunia ini perekonomiannya negatif semua. Namun untuk pertanian masih positif. Sebab kalau kita bicara perut, kita tidak bisa makan janji, makan visi, makan misi, makan strategi dan makan yang lain-lain. Yang kita makan hanya pangan," katanya.

Terkait hal ini, Anggota Komisi IV DPR RI, Endang S Tohari menyayangkan kebijakan pemerintah yang memangkas anggaran lingkup Kementerian Pertanian (Kementan) hingga mencapai 6 trilun. Menurutnya, kebijakan tersebut membuktikan bahwa Political Will negara tidak menjadikan sektor pertanian sebagai sektor prioritas.

"Ini menunjukan political will kita terhadap pertanian tidak menjadi prioritas. Ke depan, political will yang berpihak pada sektor pertanian akan kita perjuangkan. Sebab bangsa yang kuat adalah bangsa yang berdaulat terhadap pangan. Pangan adalah soal mati hidupnya sebuah bngsa," katanya.

Sebelumnya, Peneliti Senior pada Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LPEM FEB UI), Riyanto, menemukan adanya kekuatan besar sektor pertanian terhadap pertumbuhan ekonomi nasional melalui berbagai Industri manufaktur.

Temuan tersebut, kata Riyanto, merujuk pada data, simana setiap 1 persen pertumbuhan sektor pertanian secara tidak langsung berdampak besar terhadap tumbuh kembangnya 1,36 persen pertumbuhan Industri.

Baca Juga: Mentan Minta Para Petani Gunakan Pupuk Bersubsidi dengan Baik

"Ini hasil temuan penelitian kita, dimana setiap 1 persen pertumbuhan sektor pertanian, ada 1,36 persen industri yang tumbuh secara masif. Jadi saya kira hubungan antara pertanian dan perekonomian lebih kuat dibanding hubunganya dengan sektor industri," katanya.

Riyanto mengatakan, pertanian dan agroindustri memiliki potensi besar untuk menjadi mesin penggerak dalam mendorong transformasi struktural yang selama ini belum tuntas. Keduanya diperkirakan akan menjadi motor penggerak dalam perbaikan dan pertumbuhan ekonomi nasional.

"Sektor pertanian itu selalu jadi bahan baku industri. Makanya hulu ke hilir memiliki danpak positif. Jadi menurut saya subsektor manufaktur yang musti didorong adalah sektor pertanian. Kenapa? karena bahan bakunya pasti menggunakan bahan pertanian, bahkan mencapai 24 persen," tandasnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI