Suara.com - Anggota fraksi PDIP DPRD DKI Jakarta Gilbert Simanjuntak ikut menanggapi perihal sulitnya akses data banjir belakangan ini di ibu kota oleh awak media. Gilbert mengaku heran dengan hal ini.
Gilbert tak mau menerka-nerka apa tujuan Anies dan anak buahnya menutupi data banjir itu. Namun ia menduga tindakan itu dilakukan karena sebanarnya banjir di ibu kota tak tertangani dengan baik.
"Hanya asumsi, bahwa jumlah titik banjir bertambah dan tidak tertangani, sehingga tidak di-update," ujar Gilbert saat dihubungi wartawan, Jumat (19/2/2021).
Gilbert menganggap, tindakan Anies yang terkesan menutupi kesalahannya itu memang sudah seringkali dilakukan. Anies akan lebih memilih untuk menyebarkan berita mengenai capaiannya seperti beberapa penghargaan yang didapat.
Baca Juga: Disebut Anies Bebas Banjir, Maryati Tewas saat Cipinang Melayu Kebanjiran
"Asumsi ini melihat pola yang ditunjukkan Gubernur, kalau ada yang baik walau bukan hasil kerjanya, akan di-blow up seakan berhasil. Lihat saja pamer medali yang kurang menyentuh apa yang dialami masyarakat," kata Gilbert.
Menurutnya, tindakan menutupi data banjir ini tak menunjukkan pemerintahan yang sehat. Sebab, Anies seharusnya transparan dalam segala kebijakan meskipun permasalahan atau hal negatif juga ikut terlihat.
"Kesan yang mereka berikan adalah menutup-nutupi informasi yang cenderung memburuk dan ketidakmampuan mengatasi banjir. Itu bukan sikap pemerintahan yang baik," pungkasnya.
Belakangan ini banjir kerap terjadi di sejumlah wilayah di Jakarta karena hujan deras di wilayah Jabodetabek. Namun informasi mengenai meluapnya air hingga ke jalanan dan pemukiman warga sulit diakses.
Biasanya ketika musim penghujan, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) lewat Kepala Pusat Data dan Informasi (Pusdatin) BPBD Mohamad Insyaf rutin memberikan informasi banjir. Ia bisa dihubungi awak media via pesan singkat atau sambungan telpon.
Baca Juga: Pakai Toa Musala, Thukul Umumkan Tiap Banjir Datang ke Warga Bangka
Informasi yang diberikan biasanya berisi mengenai jalan dan pemukiman mana saja yang banjir di Jakarta, ketinggian air, hingga jumlah pengungsi dan tempat pengungsian. Informasi biasanya diperbarui berkala setiap dua jam sekali.
Namun kepada suara.com sendiri, Insyaf terakhir kali merespon pada tanggal 21 Januari lalu. Setelahnya begitu banjir di akhir Januari dan awal Februari sampai sekarang Insyaf tak lagi merespon.
Begitu juga dengan Kepala BPBD DKI Sabdo Kurnianto yang tak pernah merespon ketika dihubungi wartawan. Kedua anak buah Gubernur Anies ini bungkam belakangan ini.
Dari pihak Pemerintah Provinsi (Pemprov) melalui Dinas Komunikasi dan Informatika (Kominfotik) juga hanya pernah satu kali memberikan informasi banjir lewat rilis yang dibagikan pada 8 Februari lalu. Setelah itu keterangan pers terakhir adalah ketika banjir surut pada 10 Februari lalu.
Selanjutnya pers release soal banjir yang dibagikan adalah mengenai lokasi tak banjir, penanganan aliran air terkendali, dan klaim Anies soal banjir surut dalam waktu kurang dari enam jam.
Informasi banjir yang disampaikan oleh pihak Pemprov hanya melalui media sosial BPBD DKI dan Dinas Sumber Daya Air (SDA) DKI. Itupun juga hanya berisi kondisi Pintu air, prakiraan cuaca, peringatan dini banjir, dan kegiatan penanganan banjir.
Wakil Gubernur DKI Jakarta juga ketika ditanya soal banjir selalu mengklaim penanganan sekarang sudah lebih baik.
"Banjir memang beberapa hari ke depan memang ada peningkatan curah hujan dan terjadi genangan. Memang ada banjir dan genangan dalam beberapa jam kemudian sudah surut," ujar Riza di Balai Kota DKI Jakarta, Kamis (18/2/2021) malam.
Biasanya, karena minim info soal lokasi banjir, awak media akan mengakses aplikasi penyedia informasi, Jakarta Kini (JAKI). Perangkat lunak itu menyediakan data lokasi banjir, ketinggian pintu air, pos pemantauan, dan pompa air.
Namun untuk informasi banjir hanya berisi lokasi RW yang terendam dan perkiraan ketinggian.
Untuk banjir hari ini, Jumat (19/2/2021), mendadak JAKI tak membagikan informasi banjir terbaru meski sudah melanda banyak wilayah. Data yang ditampilkan merupakan kondisi pada 16 Februari lalu.
Kepala Unit Pengelola Jakarta Smart City, Yudhistira ketika ditanya beberapa waktu lalu menyatakan informasi banjir yang ditampilkan di JAKI berasal dari BPBD.
"Sistem JakPantau di JAKI datanya dari BPBD," kata Yudhis.
Kendati demikian, ketika ditanya soal tidak ada perbaruan informasi di banjir hari ini, Yudhis belum menjawab.