Suara.com - Pegiat media sosial, Denny Siregar, mengomentari soal fenomena warga Desa Sumurgeneng, Kecamatan Jenu, Kabupaten Tuban, Jawa Timur yang mendadak jadi orang kaya baru (OKB) setelah menerima uang hasil pembebasan lahan proyek kilang minyak Tuban dari Pertamina.
Denny Siregar menyebut, hasil uang pembebasan yang besar diterima warga Tuban merupakan hasil nyata janji kampanye Presiden Joko Widodo (Jokowi) tentang tidak ada namanya ganti rugi, yang ada hanya ganti untung.
Hal itu ia sampaikan melalui kanal Youtube CokroTV berjudul "Denny Siregar: JOKOWI: TIDAK ADA GANTI RUGI. YANG ADA GANTI UNTUNG" pada Rabu (17/2/2021).
Awalnya di video itu, Denny Siregar menceritakan perjalanan dirinya saat pergi ke Tuban, Jawa Timur setahun yang lalu. Dalam perjalanannya itu, ia mendapati mobil sekelas Pajero dan Fortuner berseliweran di jalan raya.
Baca Juga: Soal Hukuman Mati Eks Menteri Korupsi, Rocky: Pikiran Wamenkumham Ajaib
Menariknya, orang yang menaiki kendaraan tersebut menurut Denny hanya berpakaian khas petani, yakni memakai sendal jepit dan sarung. Lantas, ia pun menanyakan pada temannya yang orang Tuban perihal tersebut.
"Orang Tuban sekarang kaya-kaya ya? Eh dia ketawa, terus dia cerita. 'Iya, Tuban sekarang ini lagi dapat rezeki besar. Tanah warga dibeli Pertamina ratusan hektar, mau dibuat kilang minyak," cerita Denny Siregar seperti dikutip Suara.com pada Jumat (19/2/2021).
Terkejutnya, teman Denny Siregar menuturkan bahwa harga tanah yang dibeli pihak Pertamina adalah senilai Rp 600 ribu per meter dari harga asli, yakni hanya Rp 50 ribu per meter. Hal tersebut langsung membuat warga Tuban menjadi kaya mendadak.
"Yang keren itu harga belinya, tanah saudara saya yang nilai jual sebenarnya cuma Rp 50 ribu per meter, dibeli Pertamina Rp 600 ribu per meter. Ya langsung lah orang Tuban yang punya tanah jadi kaya-kaya, enggak pakai makelar, langsung ditransfer ke bank, kata teman saya," terang Denny.
Diketahui, proyek pembangunan kilang minyak Pertamina di Tuban ternyata hasil kerja sama Pertamina dengan perusahaan minyak Rusia. Kerja sama ini merupakan hasil dari kunjungan Jokowi ke Rusia di tahun 2016 silam, dengan nilai proyek Rp 211 triliun.
Baca Juga: Rocky Gerung Sebut Kabinet Jokowi Banyak Intrik: Saling Ngadu dan Protes
Namun, hal yang disoroti Denny Siregar bukan soal pembangunan kilang minyak tersebut, tetapi soal janji Jokowi ketika kampanye Pilpres 2019. Isi dari janji tersebut soal perintah Jokowi untuk menaikan harga biaya pembebasan lahan.
"Bukan pembangunan kilangnya yang menarik buat saya, tapi saya jadi ingat janji kampanye Jokowi dulu," ujar Denny.
Tampak sebuah cuplikan debat Pilpres 2019 antara Jokowi dan Prabowo diputar di video itu. Dalam debat tersebut, Jokowi menuturkan bahwa selama ia menjabat hampir tidak pernah terjadi konflik pembebasan lahan karena konsep yang ia tekankan, yakni ganti untung.
"Dalam 4,5 tahun ini hampir tidak ada terjadi konflik pembebasan lahan untuk infrastruktur kita. Karena apa? Tidak ada ganti rugi yang ada ganti untung. Porsi biaya pembesan lahan itu kecil hanya dua sampai tiga persen, kenapa tidak empat sampai lima persen. Itulah yang saya perintahkan pada seluruh kontraktor," terang Jokowi.
Hal itu lantas membuat Denny Siregar begitu bangga dengan era Jokowi. Bahkan ia turut membandingkan masalah pembebasan lahan di masa Orde Baru dengan era Jokowi.
"Untung ini zaman Jokowi, coba zaman Orde Baru kita pasti bentrok sama tentara. Bukan hanya rugi, warga yang tidak mau menjual tananya kepada pemerintah langsung dicap PKI. Dulu makelar tanah untuk proyek pemerintah itu dari ujung ke ujung. Mulai pejabat atas sampai kepala desa makelaran semua. Warga cuma dapat ampasnya doang. Udah gitu terancam dipenjara lagi karena melawan," jelas Denny.
"Konsep ganti rugi itu (hanya) ada di masa sebelum Jokowi memimpin," lanjutnya.
Selain itu Denny Siregar turut menyinggung slogan yang terus diucapkan di masa Orde Baru dan tidak sesuai faktanya.
"Dulu zaman Orde Baru, saya sering sekali mendengar slogan indah yang dipropagandakan ke otak kita 'Dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat', tapi maaf itu cuman slogan doang. Faktanya yang terjadi adalah 'Dari pejabat, oleh makelar, dan hantam rakyat'," singgung Denny.
Berbeda dengan masa Jokowi, bagi Denny Siregar Jokowi begitu ingin membagi keuntungan yang didapat oleh negara pada rakyatnya. Apalagi sejak zaman Jokowi, rantai makelar diputus karena semua uang langsung dikirim ke rekening warga bukan melalui perantara.
"Ya Jokowi ingin membagi keuntungan yang didapat negara dengan rakyatnya. Jadi selama tanah warga kena proyek dari pemerintah pusat, maka warga wajib mendapat keuntungan yang berlipat-lipat," pungkasnya.
"Nah pada masa Jokowi ini ketika pemerintah pusat punya proyek seperti kilang minyak tadi rantai makelar pun diputus. Pemerintah langsung bertemu dengan warga, mufakat masalah harga, dan langsung ditransfer ke rekening mereka," imbuhnya.
Denny Siregar menjelaskan, hal itu mengakibatkan masyarakat seperti warga Tuban menjadi gembira dan senang hingga langsung membeli mobil.
"Warga pun pasti senang lah. Akhirnya terjadi euphoria, seperti warga Tuban tadi yang dapat duit langsung beli mobil satu desa, mereka pun gembira," ucapnya.
Tak hanya itu, Denny Siregar menyebut saat ini kata penggusuran di telinga masyarakat menjadi kata yang indah. Lantaran ketika digusur masyarakat malah menjadi untung.
"Sekarang kata gusur di telinga rakyat jadi musik yang indah karena berarti itu mereka mendapat keuntungan yang berlipat ganda," ujar Denny.
Di akhir videonya itu, Denny Siregar mengatakan ia sengaja membuat video yang memperlihatkan kinerja Jokowi di tengah cacian dan makian yang dilontarkan pihak oposisi padanya. Agar masyarakat paham bahwa saat ini Jokowi sedang bekerja dan banyak rakyat yang bahagia.
"Senang saya mengabarkan berita baik ini, di tengah caci maki dari pihak kadrun dan oposisi kalau Jokowi itu otoriter, tidak mau dikritik, dan sebagainya. Caci maki dari pihak oposisi dan propaganda bohong mereka kepada Jokowi, membuat banyak program Jokowi tidak tersampaikan ke masyarakat. Oke kalau begitu biar saya sampaikan supaya banyak orang paham bahwa Jokowi sedang bekerja dan banyak rakyatnya yang bahagia," ungkapnya.
"Kalau pun saya akhirnya dibilang buzzer ya biarlah. Saya memang buzzer, tetapi buzzer NKRI," pungkas Denny Siregar menutup video tersebut.