Suara.com - Kepala Badan Komunikasi Strategis DPP Partai Demokrat, Herzaky Mahendra Putra menjawab tudingan Marzuki Alie ihwal adanya pemalakan di tubuh Partai Demokrat.
Dia menyarankan Marzuki untuk melapor ke Dewan Kehormatan Partai Demokrat apabila memang ada pemalakan tersebut.
Menurut Herzaky laporan adanya pemalakan bisa diadukan kepada Dewan Kehormatan dengan disertai bukti. Hal itu, kata dia lebih baik dilakukan Marzkui ketimbang harus menebar tudingan.
"Jangan malah menebar fitnah di mana-mana. Berorganisasi kan ada aturannya. Jalani prosesnya, jangan asal klaim apalagi menuduh ke sana sini," kata Herzaky kepada Suara.com, Kamis (18/2/2021).
Baca Juga: Politisi Demokrat Curiga Eks Kapolres Astanaanyar Terkait Sindikat Narkoba
"Daripada sibuk menebar tuduhan tak berdasar atau fitnah di mana-mana, waktunya Pak Marzuki Alie dan teman-teman pelaku GPK (Gerakan Pemgambilalihan Kepemimpinan) lebih baik digunakan dengan ikut membantu korban terdampak covid-19, atau korban bencana alam," sambungnya.
Herzaky mengatakan para kader sudah menolak GPK Partai Demokrat. Namun geraka tersebut masih saja berupaya dengan menyebar fitnah dan tuduhan tak berdasar dimana-mana. Ia lantas menanyakan posisi Marzuki yang senelumnya membantah terlibat, namun belakangan ikut menebarkan tuduhan terkait Partai Demokrat.
"Mungkin karena frustasi gerakannya gagal, padahal salah satu pelaku adalah lingkar dalam kekuasaan. Hanya, pertanyaan besar mengemuka tatkala Pak Marzuki Alie yang sebelumnya selalu mengklaim tidak terlibat GPK PD, mengapa ikut-ikutan menyebar tuduhan dan fitnah, ya?" tanya Herzaky.
Sebelumnya, Kader Partai Demokrat Marzuki Alie membongkar praktik busuk di internal Partai Demokrat. Marzuki Alie membeberkan adanya pemalakan yang dilakukan oknum DPP Partai Demokrat.
Ini diceritakan Marzuki Alie di YouTube Akbar Faizal Uncensored yang berjudul "MARZUKI ALIE: "SAYA TUTUPI BOROK PARTAI DEMOKRAT SELAMA INI LHO..." | AFU FT. MARZUKI & MULYADI"
Baca Juga: AHY: Jokowi Tidak Tahu Anak Buahnya Terlibat Kudeta Partai Demokrat
Akbar Faizal awalnya menampilkan pemberitaan mengenai kebusukan internal Partai Demokrat yang diungkap Marzukie Alie.
Pertama kader ikut pilkada diminta setoran, AHY tak punya pengalaman dan kearifan memimpin parpol dan beberapa kritik lain Marzuki Alie.
Menurut Marzuki Alie tidak ada omongannya yang fitnah untuk partainya. "Tapi karena saya difitnah keluar marah. Aslinya keluar. Inilah aslinya. Apa yang saya rasakan selama ini saya tahan-tahan akhirnya saya keluarkan," ujar Marzuki Alie.
"Saya tahu semua kok kelakuan di dalam itu. Berapa banyak orang-orang kita dipalakin. Udah lah saya tahu kok. Yang dipalakin orang-orang saya, pendukung saya. Mau jadi kepala daerah dimintai. Orang-orang saya kan hebat-hebat," ujarnya.
"Yang mintain siapa bang?" tanya Akbar Faizal penasaran.
"Lho, DPP. Ada yang resmi ada yang nyaloin. Disitu saya prihatin," kata Marzuki Alie. Marzuki Alie mengatakan, kadernya dapat kursi, satu kursi dihitung Rp 500 juta.
"Bukan alat untuk dihitung setoran. Kan ga bener itu. Saya bilang jangan dibayar. Janganlah pak ga enak," beber Marzuki Alie. Menurut Marzuki Alie, kader berdarah-darah untuk dapat kursi banyak.
"Akhirnya apa? Ada seorang kader yang bilang udahlah di luar saja. Nanti waktu aku mau maju Demokrat aku beli aja kursinya," kata Marzuki Alie.
Menurut Akbar Faizal, acara talk show yang digawanginya sempat menghubungi pihak Partai Demokrat namun belum bisa hadir.
"Saya ga mau jelekin partai saya. Ini koreksi. Ini bisa baik kalo dikoreksi," timpal Marzuki Alie.
Akbar Faizal mempertanyakan mengapa kader-kader senior kehilangan kepercayaan terhadap Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) yang memimpin Partai Demokrat.
Padahal kata Akbar Faizal, AHY adalah sosok yang cemerlang. AHY adalah peraih Adhi Makayasa di Akmil, pemegang alumni Harvard. "Apa yang kurang dari beliau?" tanya Akbar Faizal.
Marzuki Alie mengatakan, partai Demokrat sudah menjadi partai keluarga. Namun dibantah oleh Andi Mallarangeng. Pemilihan AHY juga berdasarkan hasil survei. Dimana hasil survei AHY tinggi.
Bagi Marzuki Alie, mengelola partai bukan berdasarkan survei. "Ngelola partai ini ada ilmunya, ada pengalamannya, ada wise nya. Ga mungkin orang ujug-ujug karena survei tinggi langsung duduk sebagai ketua partai. Ini cara pikirnya ga nyambung," ujar Marzuki Alie.
Lain hal jika mencari calon presiden atau calon gubernur yang memang harus menggunakan survei. "Karena kita mencari orang yang mau menang kan," ucapnya. Tapi kalau ingin menjadi pemimpin partai politik itu, lanjut dia, harus yang punya pengalaman.