Bagi perusahaan farmasi Jerman/AS itu, tawaran dari Israel tentu saja sangat menggiurkan.
Israel ibarat menjadi laboratorium besar bagi BioNTech/Pfizer untuk melakukan uji klinis dan memperbaiki pengembangan vaksinnya, tanpa mengeluarkan dana lagi.
Setiap minggu, pemerintah Israel menyuplai data-data vaksinasi kepada BioNTech-Pfizer, termasuk nomor registrasi infeksi dan vaksinasi, serta demografi pasien seperti usia dan jenis kelamin.
Sebagai imbalannya, BioNTech-Pfizer menjamin pemasokan vaksin untuk Israel sampai 95% populasinya sudah mendapat imunisasi.
Kampanye vaksin bercampur kampanye pemilu
Meskipun angka infeksi masih cukup tinggi, Israel sekarang mencabut beberapa pembatasan yang telah diberlakukan sejak akhir Desember.
Warga kini dapat bergerak bebas lagi di seluruh negeri. Pusat penitipan anak dan sekolah-sekolah dibuka lagi.
Bahkan bisnis dan toko bisa berjualan lagi, dengan pembatasan jumlah pelanggan di toko pada saat bersamaan.
Kalangan oposisi di Israel menuduh Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menggunakan vaksinasi Covid-19 sebagai program kampanye pemilunya, terutama untuk memperbaiki citranya yang sedang dihantam isu korupsi.
Baca Juga: Vaksin Covid-19 untuk Rakyat Palestina Ditahan Israel di Jalur Gaza
Pemilihan Umum baru di Israel akan dilangsungkan 23 Maret mendatang, setelah pemerintahan koalisi pimpinan Benjamin Netanyahu pecah.