Ali, saluran drainase mikro di Jakarta sudah mengalami penurunan kapasitas sehingga upaya yang dilakukan Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta dengan melakukan pengerukan saluran tidak cukup. Perlu dilakukan peremajaan terhadap saluran-saluran drainase yang eksis dengan menghitung volume air limpasan.
"Drainase Jakarta sudah tidak baik, sebagai contoh Sabtu kemarin (18/1), tidak ada hujan di kawasan hulu, tapi Jakarta kena hujan lokal. Beberapa daerahnya langsung tergenang cukup tinggi. Artinya perlu ada pengkajian ulang dari sistem drainase. Bayangkan kalau hujan besar seperti tahun baru terjadi lagi, mungkin akan terendam terus," kata Firdaus.
Lebih lanjut langkah antisipasi lainnya adalah dengan penambahan pompa. Akibat sistem drainase mikro yang memiliki kedalaman dangkal, pompa menjadi salah satu solusi Jakarta menangani genangan. Pompa juga dinilai cukup efektif karena langsung menyedot air yang menggenang menuju aliran air terdekat untuk selanjutnya dialirkan menuju hilir.
"Jangan sampai ada pompa yang tidak berfungsi, kita harus belajar dari banjir tahun baru. Pemprov DKI harus tingkatkan pompa agar genangan cepat surut," kata Firdaus.
Kanal mungkin salah satu solusi jitu yang masih bisa diandalkan untuk mengendalikan air banjir Jakarta, khususnya menangani banjir kiriman dari hulu.
Meski demikian, agaknya langkah-langkah pencegahan baik dari masyarakat untuk tidak menutup saluran drainase maupun pemerintah setempat untuk mengkalkulasi kondisi alam Jakarta harus lebih ditingkatkan.
Hal itu agar tidak hanya mewaspadai banjir kiriman tapi juga ada pengendalian yang seimbang dari dalam kota untuk mencegah banjir lokal sehingga membuktikan Jakarta menjadi kota maju dan menyejahterakan serta membahagiakan warganya.