Suara.com - Mantan gitaris dan vokalis band thrash metal, Rotor, Irfan Sembiring alias Irfan Rotor dikabarkan meninggal dunia di rumah duka Jalan Widuri 1 Cinere.
Nama Irfan Rotor kian melambung, setelah band yang digawanginya menjadi band pembuka untuk konser Metallica di Jakarta tahun 1993.
Lika-liku perjalanan hidupnya, membawa Irfan Rotor ke titik terendahnya. Ketika ia menemukan teman-temannya meninggal satu-persatu akibat over dosis obat-obatan, ditambah lagi dengan kejenuhannya dalam bermusik.
Melalui kanal Youtube Kana Musik berjudul "Perjalanan Hijrah Gitaris Thrash Metal Legendaris Indonesia - Irfan Rotor (SOTOY part 3/5)", Irfan Rotor menceritakan perjalanan dirinya menemukan hidayah.
Baca Juga: Jalaludin Rakhmat, Cendekiawan Dan Tokoh Syiah Indonesia Wafat
Ketika dirinya mulai mengubah penampilan lebih Islami dan meninggalkan kehidupan musik metal, Irfan Rotor selalu disinggung soal hijrah.
Padahal menurut Irfan Rotor, dirinya belum sepenuhnya melakukan hijrah. Pasalnya ia belum menyelesaikan tahapan-tahapan bertaubat dan sedang di fase berusaha belajar bertaubat.
"Sekarang ini gue baru belajar bertaubat. Belajar menangisi kesalahan-kesalahan di masa lalu itu aja dulu. Kalau kita ingat kesalahan dan maksiat kita dulu dan kita bisa nangis, itu taubat namanya," terang Irfan Rotor seperti dikutip Suara.com pada Selasa (16/2/2021).
Dalam video itu, Irfan Rotor mulai menceritakan awal dirinya mendapat hidayah. Menurutnya, pertama kali ia mendapat hidayah ketika membawa Rotor bermain di konser Metallica di Jakarta tahun 1993.
Saat itu Irfan Rotor yang berada di belakang panggung melihat kondisi anggota band Metallica begitu berbeda di hadapan publik.
Baca Juga: Heboh! Jika Negara Sudah Darurat, Cak Nun Berucap Akan Turunkan Presiden
"Awalnya saat main di Metallica. Jadi kita itu di backstage kita makan satu meja dengan mereka, kita tahu mereka gimana. Tapi enggak mau cerita karena itu aib," jelasnya
Melihat pemandangan di belakang panggung selama beberapa hari, Irfan Rotor mulai berpikir dirinya akan bertingkah laku seperti idolanya itu di kemudian hari.
"Waktu itu gue mikirnya, kalau gue terus berkarir musik dan gue jadi superstar seperti mereka, nanti gua bertingkah laku seperti mereka. Pasti itu, if you follow someone, you will be like that man, itu sudah rumus dasar," tuturnya.
"Dan yang gue lihat saat itu, bukan suatu hal yang patut dipuji," lanjut Irfan bercerita.
Lanjutnya, Irfan Rotor mengatakan ia sudah mulai gelisah dan sadar bahwa ada yang salah dalam dirinya. Meski saat itu ia belum mengetahui secara jelas apakah itu hidayah atau sekedar kegelisahannya saja.
Kemudian, Irfan Rotor menceritakan hidayah kedua yang dapatnya. Hidayah itu, ia dapat ketika dirinya manggung mengisi hari pertama dan kedua pembukaan konser band Metallica tersebut.
Menurut Irfan, saat itu hampir seluruh penonton meneriakkan nama Rotor berulang kali. Namun bukannya senang, Irfan malah fokus pada sekerumunan orang-orang yang tidak satu pun memakai kaus Rotor.
"Lampu sorot ke penonton terang sekali, jadi gue lihat tuh. Hampir semua teriak Rotor Rotor Rotor. Nah di situ enggak tahu Allah ngasih rahmat apa. Mereka teriak Rotor tapi satupun enggak ada yang pakai kaus Rotor," tandasnya.
Dari kejadian tersebut, Irfan Rotor menemukan bahwa dirinya tidak bisa mendapatkan fans sejati dalam dunia musik.
"Ternyata gua enggak bisa mendapatkan fans yang sejati dalam dunia musik. Mereka senang dengan Rotor tapi mereka senang dengan yang lain," imbuhnya.
Sejak mendapat kedua hidayah itu, Irfan Rotor mulai ragu, walau ia belum tahu mana jalan yang benar menuju arah itu. Hingga sampai di tahun 1998, Irfan masih terus bermain band.
"Ada sinyal Allah, tapi belum dikaitkan pada Allah dan agama. Itu prosesnya dari tahun 1993 ke 1998," ujarnya.
Irfan Rotor mengaku dirinya sudah mulai suntuk bermain band. Namun, ia malah bingung apa yang akan ia lakukan ketika berhenti bermain musik.
"Gue tuh sebenarnya sudah suntuk, tapi mau lari ke mana? Main musik sudah ogah-ogahan. Lihat aja album Rotor makin lama makin aneh, itu karena gue eksperimen dan enggak sampai jadi," terangnya.
Meski Irfan Rotor mengaku dirinya sempat ambil salah langkah, karena langsung pindah ke Amerika dan tidak memperbesar nama Rotor di Indonesia, ia tak pernah menyesalinya.
Itu dikarenakan, Irfan Rotor akhirnya menemukan hidayahnya akibat hal tersebut.
"Salah langkah itu, tapi salah langkah menurut duniawi, kalau menurut akhirat itu benar. Karena gara-gara gua ke sana, Rotor di Indonesia tidak terbina, karirnya enggak naik, makin lama makin menurun, akhirnya gue dapat hidayah. Urutannya kan gitu, umumnya dunianya turun dulu," jelasnya.