Suara.com - Pada Minggu (07/02), Basant Bahadur dan 11 orang lainnya terperangkap selama berjam-jam di sebuah terowongan di India utara. Mereka bertahan dengan berpegangan di atap jeruji besi, sementara yang lain duduk di penggali mekanis di atas air sedingin es, menunggu bantuan datang.
Apa yang mereka tidak tahu saat itu adalah gletser Himalaya longsor ke sungai, memicu banjir besar. Puing-puing yang terbawa air banjir pun meluncur deras ke arah mereka.
Bencana itu menutup dua terowongan yang terhubung ke proyek Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Tapovan Vishnugad di negara bagian Uttarakhand, India. Saat sedang bekerja di proyek itu, Basant Bahadur dan kelompoknya sempat terperangkap dan akhirnya diselamatkan melalui terowongan yang lebih kecil.
Tim darurat lalu berfokus untuk menyelamatkan 35 orang lain, yang diyakini terperangkap di tempat yang lebih panjang, sekitar 8,3 kilometer.
Baca Juga: 9 Orang Tewas, dan 140 Lainnya Dinyatakan Hilang di Himalaya
Di situ, para penyintas bercerita kepada BBC Hindi pengalaman menegangkan mereka berjam-jam terperangkap dalam kegelapan total.
'Tujuh jam tersulit dalam hidup saya'
Basant Bahadur dan rekannya bekerja sekitar 300 meter (sekitar 900 kaki) di dalam terowongan sepanjang 3,8 kilometer ketika banjir melanda.
Awalnya mereka mengira ada tabung gas meledak, yang menyebabkan ledakan lebih besar sehingga terowongan runtuh.
Mereka pun khawatir jika mencoba keluar dari terowongan akan berisiko tersengat listrik - mereka dapat melihat asap tebal naik. Telinga mereka jadi mati rasa karena suara keras.
Baca Juga: Gletser di Himalaya Ancam Nyawa Ratusan Orang, Dampak Pemanasan Global?
"Tiba-tiba gelombang besar air datang ke arah kami di dalam terowongan yang gelap. Kami ketakutan," kata Bahadur. Para pekerja berlari menuju JCB (penggali mekanis) dan memanjatnya untuk tetap berada di atas air yang mengalir masuk.
- Banjir bandang di gletseer Himalaya menyebabkan ratusan orang hilang di India: Bagaimana bisa terjadi?
- Perempuan yang menjadi saksi pelelehan gletser akibat perubahan iklim
- Mengapa Bhutan membuka hubungan diplomatik dengan Israel?
"Itu adalah tujuh jam tersulit dalam hidup saya. Tapi kami tidak kehilangan harapan. Kami terus menyemangati diri kami sendiri."
Untungnya, Bahadur membawa ponsel.
Namun, jaringan seluler di terowongan yang tertutup itu tidak stabil. Akhirnya, mereka berhasil melakukan kontak dengan tim darurat yang menarik mereka keluar menggunakan tali.
'Air menyembur ke terowongan'
Di antara mereka yang diselamatkan adalah ahli geologi Srinivas Reddy. Dia bekerja di terowongan dengan kedalaman sekitar 350 meter.
Seorang pekerja berlari ke dalam terowongan sambil berteriak agar semua orang keluar, karena air di sungai terdekat naik dengan cepat. Tapi, Reddy dan para pekerja tidak punya cukup waktu untuk melarikan diri.
"Air mengalir ke terowongan, langsung ke arah kami. Kami memegang jeruji besi yang dipasang di langit-langit terowongan dan menarik diri ke atas dan menunggu permukaan air surut."
https://twitter.com/ANI/status/1358978656232632323
Mereka bertahan hidup dengan bergantung di jeruji besi. Setelah beberapa saat, ketika melihat permukaan air telah berhenti naik, mereka berjalan menuju pintu masuk.
Mereka bergerak dalam kegelapan total, karena banjir puing dan air telah memutus aliran listrik ke terowongan. Beberapa pekerja yang terperangkap merasa sesak nafas.
"Kami berada di air yang dingin. Kaki kami membeku. Air dan puing-puing memenuhi sepatu bot kami, yang membebani kami. Kaki kami mulai bengkak," kata Reddy.
Untuk menjaga semangat tetap tinggi, dia mengaku mulai bernyanyi saat mereka menunggu dalam gelap.
"Saya mulai bernyanyi dan mulai melafalkan puisi untuk membuat semua orang terhibur. Sesekali, kami semua melakukan beberapa latihan," katanya. "Saya ingin semua orang tetap aktif dan waspada sehingga kami bisa keluar dari terowongan."
Para pekerja terus berusaha menghubungi tim penyelamat di luar terowongan, tetapi tidak bisa mendapat sinyal seluler. Akhirnya, mereka berhasil mendapatkan panggilan dan ditarik ke tempat aman.
'Air menghantam kami - listrik padam'
Virender Kumar Gautam adalah salah satu yang terakhir diselamatkan.
Sebuah video menunjukkan dia mengangkat tangan ke atas dengan penuh bahagia, berseru gembira setelah ditarik keluar oleh petugas darurat. Video itu pun jadi viral.
Dia berada di terowongan saat air datang. "Begitu air menghantam kami, listrik padam. Di kejauhan, kami bisa mendengar suara-suara keras."
Tenggelam dalam kegelapan, terowongan itu tampak menakutkan saat permukaan air naik.
Gautam berpikir bahwa mungkin awan yang meledak yang menyebabkan banjir bandang. Selama 15 menit, permukaan air terus naik. Lalu berhenti.
"Ketika aliran air mulai surut, kami tahu yang terburuk telah berlalu. Saya mengatakan kepada semua rekan untuk bersabar dan bahwa kami akan keluar dari terowongan," katanya kepada BBC Hindi.
Mereka semua berpegangan pada jeruji besi di sisi terowongan dan perlahan berjalan menuju pintu masuk. Para pekerja mencoba melakukan kontak dengan tim penyelamat tetapi, seperti yang lainnya, mereka kesulitan untuk mendapat sambungan telepon seluler.
Namun, mereka terus mencoba. Setelah menunggu lama, mereka dapat melakukan kontak.