Suara.com - Seorang aktivis iklim India ditahan setelah dituduh membagikan dokumen informasi yang mendukung demonstrasi para petani dan memicu aksi protes.
Menyadur Al Jazeera, Selasa (16/2/2021) Disha Ravi ditangkap pada hari Sabtu setelah polisi menuduhnya mengedit dan mengedarkan "toolkit" online yang di-tweet oleh aktivis iklim Greta Thunberg.
Perangkat tersebut memiliki informasi tentang demonstrasi petani serta cara bergabung dengan demonstrasi dan mendukung gerakan online.
Kepolisian Delhi tidak mengatakan apa yang dituduhkan kepada Ravi tetapi menuduhnya sebagai "konspirator utama dalam perumusan dan penyebaran dokumen".
Baca Juga: Wanita Ini Dijadikan Budak, Ditemukan Kurus di Bak Penuh Air Seni
Pada hari Minggu, Ravi ditahan sampai sidang pengadilan dalam waktu lima hari. Pengacaranya tidak bisa dihubungi untuk dimintai komentar.
Mengerikan
Jairam Ramesh, mantan menteri dan anggota parlemen dari partai oposisi Kongres, menyebut penangkapan dan penahanan Ravi "sangat kejam" dan "pelecehan dan intimidasi yang tidak beralasan".
Sebuah koalisi kelompok aktivis menuntut pembebasan Ravi dan mengatakan pihaknya "sangat mengkhawatirkan keselamatan dan kesejahteraannya".
Pada hari Senin, media lokal melaporkan bahwa surat perintah penangkapan telah dikeluarkan terhadap dua aktivis lainnya yakni Nikita Jacob dan Shantanu.
Baca Juga: Kembali, Twitter Tangguhkan 500 Akun di India
Beberapa aktivis, penulis, dan politisi oposisi mengutuk penangkapan melalui cuitannya di Twitter, menyebut penangkapan itu "mengkhawatirkan".
"'Kejahatan' Disha? hanya membagikan dokumen publik yang berisi info paling dasar untuk organisasi online - saran tentang apa yang dapat di-tweet, hashtag apa yang dapat mereka gunakan, dan seterusnya," kata penyair India-Kanada Rupi Kaur dalam sebuah cuitan di Twitter-nya.
Seorang politisi India Arvind Kejriwal, menyebut penangkapan itu sebagai "serangan terhadap demokrasi yang belum pernah terjadi sebelumnya".
Apoorvanand, seorang aktivis dan profesor di Universitas Delhi memberikan kritik atas tindakan keras terhadap aktivis berusia 22 tahun tersebut.
"[Pemerintah ingin] mengirimkan pesan yang sangat tegas kepada kaum muda bahwa Anda tidak boleh melampaui diri sendiri, jika Anda seorang pelajar, Anda tidak boleh tertarik pada masalah atau kehidupan orang-orang yang berbeda dari Anda," ujar Apoorvanand.
Sejak akhir November, para petani berkemah di jalan menuju ibu kota, menyerukan agar undang-undang pertanian baru dicabut.
Aksi protes para petani sebagian besar berlangsung damai. Namun, pada 26 Januari, ribuan petani membuat polisi kewalahan dan menyerbu kompleks Benteng Merah.
Di tempat bersejarah Delhi tersebut, para petani berhasil merobohkan barikade dan mengendarai traktor melewati penghalang jalan.
Niat Buruk
Pemerintah India menyebut cuitan dari kalangan selebriti seperti Rihanna dan keponakan Wakil Presiden AS Kamala Harris, Meena Harris, hanyalah mencari sensasi.
Menyusul postingan tersebut, pada 5 Februari, polisi melakukan penyelidikan terhadap mereka yang menimbulkan "ketidakpuasan dan niat buruk" terhadap pemerintah.
Seorang sumber polisi mengatakan kepada kantor berita Reuters bahwa Ravi adalah pemimpin senior dari gerakan kampanye Thunberg’s Fridays for Future.
Kepolisian Delhi mengatakan di Twitter bahwa kelompok Ravi telah berkolaborasi dengan individu yang ingin membuat negara terpisah di negara bagian Punjab. Banyak petani yang melakukan protes berasal dari Punjab.