Seberapa besar pun usaha Mughits, jika Allah tidak menghendaki hati Barirah mencintainya, tentu ia tak akan mencintainya.
Cerita ini juga mengajarkan kita tentang betapa besarnya rasa hormat para sahabat kepada nabi. Bayangkan saja, seorang Barirah yang sama sekali tidak mencintai Mughits, ketika Nabi mengungkapkan rasa simpati akan Mughits kepadanya, Barirah masih memastikan apakah itu perintah atau bukan. Karena seandainya yang dimaksud Nabi adalah perintah, tentu Barirah tidak akan berani melanggarnya. Sebaliknya dia akan sabar untuk menjalankan perintah Nabi.
Jadi seandainya ada di antara kita yang dikecewakan karena cintanya tidak diterima oleh seseorang yang ia cintai, mungkin saja ia adalah Mughits masa kini.
Terkadang banyak orang yang menginginkan kita, namun tiada satu pun dari mereka yang kita inginkan. Sementara orang yang kita cintai, justru tidak mencintai kita.
Bukan karena ia tidak baik, juga bukan karena orang yang tidak mencintainya tidak baik, tapi itulah pilihan dan hak.
Jangan terlalu berharap, mungkin saja orang yang selalu ada dalam doamu, justru dia mendoakan orang lain.
Kemudian terlepas dari apa yang terjadi dalam rumah tangga Mughits dan Barirah, ketika kita sudah ditakdirkan bersama, ditakdirkan bersatu dalam ikatan pernikahan, maka itu ibarat sebuah tanaman yang indah. Jika kita ingin selalu melihat tanaman itu tetap hidup dan indah perlu dirawat, disiram dan diperhatikan sebagai usaha agar ia tetap memancarkan keindahan.
Demikian juga sebuah ikatan pernikahan hendaknya masing-masing pasangan senantiasa saling memupuk cinta, saling menjaga, saling mendukung dalam kebaikan sebagai ikhtiar agar terus bertahan sampai maut memisahkan dengan kehendak Allah. Dan ingatlah bahwa apa yang dikehendaki oleh Allah untuk terjadi, pastilah terjadi. Jika tidak, pasti tidak terjadi.
(Yusuf Rosyadi, alumni Program Studi Magister di Global University Doha Lebanon)
Baca Juga: Mereka-reka Kudeta Cinta Ala AHY