Ferdinand: Benarkah Jokowi Punya Buzzer dan Anti Kritik? Kita Lihat Fakta!

Reza Gunadha | Dwi Atika Nurjanah
Ferdinand: Benarkah Jokowi Punya Buzzer dan Anti Kritik? Kita Lihat Fakta!
Ferdinand Hutahaean: Benarkah Jokowi Punya Buzzer? Ayo Kita Lihat Faktanya! (YT/Ferdinand Hutahaean)

"Apakah mereka dipelihara oleh pak Jokowi? Saya yakin tidak. Mereka adalah relawan-relawan yang ikhlas bekerja memenangkan pak Jokowi yang didukung," kata Ferdinand Hutahaean.

Suara.com - Politikus Ferdinand Hutahaean, menanggapi isu yang menyebut pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi)  memiliki buzzer dan begitu anti kritik.

Melalui akun Twitter pribadinya, Ferdinand Hutahaean membagikan sebuah video dari kanal Youtube miliknya berjudul "Oposan Plastik Memfitnah Jokowi Pelihara Buzzer, Memfitnah Jokowi Anti Kritik..!".

Video tersebut berisi penjelasan Ferdinand Hutahaean yang menjelaskan fakta-fakta isu buzzer di tubuh pemerintahan Jokowi. Selain itu ia turut membahas soal Jokowi yang anti kritik.

"Mereka Memfitnah Jokowi Pelihara Buzzer, Memfitnah Jokowi Anti Kritik..! Memfitnah saja tidak takut meski mereka bicara takut mengkritik, pura-pura bertanya bagaimana mengkritik supaya tidak dipenjara..!! Selengkapnya di : https://youtu.be/cg6Z6-QmxAM. Like dan Subscribe," tulis @FerdinandHaean3 seperti dikutip Suara.com, Sabtu (13/2/2021).

Baca Juga: 5 Judul Lukisan Yos Suprapto yang Dilarang Dipamerkan di Galeri Nasional, Benarkah Mirip Jokowi?

Ferdinand Hutahaean: Benarkah Jokowi Punya Buzzer? Ayo Kita Lihat Faktanya! (twitter.com/FerdinandHaean3)
Ferdinand Hutahaean: Benarkah Jokowi Punya Buzzer? Ayo Kita Lihat Faktanya! (twitter.com/FerdinandHaean3)

Dalam unggahan video itu, Ferdinand Hutahaean memaparkan seluruh fakta dari tudingan kaum oposan bahwa Jokowi telah memelihara buzzer dan begitu anti kritik.

"Kali ini kita akan bicara dua hal, buzzer dan tudingan Jokowi anti kritik. Sahabat, benarkah Jokowi memelihara buzzer? Benarkah Jokowi anti kritik? Ayo kita lihat faktanya!," katanya di awal video.

Ferdinand Hutahaean mengungkapkan, tuduhan dari kaum oposan tentang buzzer peliharaan pemerintah itu memang ditujukan pada relawan-relawan Jokowi yang sudah ada sejak tahun 2014 hingga sekarang.

Padahal menurut Ferdinand, relawan tersebut bekerja membangun opini hanya untuk memenangkan Jokowi-JK saat Pilpres 2014 hingga terulang lagi di Pilres 2019.

"Bahwa buzzer yang dituduh oleh pihak oposan saat ini yang dipelihara pak Jokowi adalah relawan-relawan Jokowi bahkan ada sejak 2014. Di zaman pak Jokowi dan pak Jusuf Kalla maju sebagai Capres dan Cawapres, mereka bekerja mebangun opini di tengah masyarakat bahwa Jokowi dan JK yang lebih pantas membangun negeri. Dan hasilnya pak Jokowi-JK memenangkan Pilpres. Demikian juga 2019, hal yang sama dilakukan. Dan Jokowi menang Pilpres," terangnya.

Baca Juga: Posisi HP Jokowi saat Bikin Konten Reaksi Lagu 'Waktu Ku Kecil' Disorot: Minimal Kalau Mau Ngibul...

Ferdinand Hutahaean meyakini relawan-relawan tersebut tidak dipelihara oleh Jokowi untuk menjadi buzzer. Ia mengatakan, mereka para relawan bekerja dengan ikhlas untuk mendukung Jokowi.

"Apakah mereka dipelihara oleh pak Jokowi? Saya yakin tidak. Mereka adalah relawan-relawan yang ikhlas bekerja memenangkan pak Jokowi yang didukung," ujarnya.

Bagi Ferdinand Hutahaean, menjadi suatu hal yang lumrah ketika relawan tersebut diajak oleh Jokowi masuk ke tubuh pemerintahan. Itu karena kerja keras mereka yang patut dihargai.

"Kalau pak Jokowi mengajak mereka ikut serta membangun bangsa ini, itu hal yang lumrah. Bahwa orang yang bekerja patut dihargai. Sehingga mereka pun menjadi bagian dari negara," jelasnya.

Lanjutnya dalam video, Ferdinand Hutahaean menerangkan tentang penilaian bahwa Jokowi anti kritik. Ia mengklaim tidak satu pun orang dipenjara karena menyampaikan kritiknya terhadap Jokowi.

Namun, Ferdinand Hutahaean menyatakan orang-orang tersebut dipenjara karena telah menyampaikan hoaks, memberikan ujaran kebencian, memprovokasi, dan lainnya.

"Kedua, benarkah pak Jokowi anti kritik? Kita lihat lagi fakta bahwa saat ini tidak satu pun orang dipenjara karena mengkritik. Tetapi orang dipenjara karena menyampaikan hoaks, memfitnah, mencaci maki, memprovokasi, menghasut, ujaran kebencian, segalanya memang harus dipenjara," terangnya.

Menurutnya, jika membiarkan orang seperti ini akan membuat bangsa Indonesia menjadi bangsa yang penuh hoaks.

"Karena kalau kita biarkan mereka seperti ini, apakah kita mau bangsa ini menjadi bangsa yang penuh hoaks? Bangsa yang penuh ujaran kebencian? Bangsa yang barbar dan tidak ada aturan? Tentu kita tidak mau, maka mereka harus dipenjara," kata Ferdinand Hutahaean.

"Dan itu bukan karena kritik, tapi karena ujaran kebencian yang melanggar undang-undang," tegasnya lagi.

Ferdinand Hutahaean melihat isu Jokowi anti kritik begitu ramai belakangan ini. Ia menilai bahwa terjadi patahnya jembatan politik pihak oposan dari 2020 ke 2024, sehingga membuat kaum oposan panik dan merancang stigma tersebut.

"Lantas mengapa belakang ini begitu ramai isunya? Saya melihat bahwa patahnya jembatan politik kaum oposan dari 2020 ke 2024 membuat mereka sangat panik. Sehingga dirancanglah strategi politik untuk membangun stigma merebut kekuasaan di 2024 nanti. Dibangun opini perlahan-lahan di tengah masyarakat bahwa Jokowi anti kritik, Jokowi otoriter, Jokowi tukang penjara orang," pungkasnya

"Tujuannya apa? Supaya nanti siapa pun didukung pak Jokowi 2024 menjadi ditakuti orang dan tidak dipilih. Ini lah target politik mereka, padahal mereka mefitnah pak Jokowi anti kritik saja tidak takut. Bahkan sambil tertawa. Meskipun mereka mengkritik bagaimana saya mengkritik supaya tidak dipenjara," tambahnya.

Ferdinand Hutahaean mengatakan strategi itu sengaja dilakukan oleh kaum oposan agar citra Jokowi menjadi buruk di mata masyarakat.

"Ini lah mereka sedang membuzzer, targetnya supaya pak Jokowi buruk di tengah masyarakat," ungkapnya.

Di akhir video, Ferdinand Hutahaean mengajak masyarakat akan terus mengawal pemerintahan agar sampai pada tujuan kemerdekaan yang adil, makmur, sejahtera, dan sentosa.

Ia turut mengingatkan masyarakat agar melawan radikalisme dan intoleransi di media sosial.

"Wahai sahabat, tetaplah mengawal pemerintahan ini supaya Indonesia sampai tujuan kemerdekaannya yaitu Indonsia yang adil, makmur, sejahtera, dan sentosa. Kita lawan radikalisme di media sosial, kita laman intoleransi dimana pun dengan buzzer-buzzer kebenaran," ajaknya.