Suara.com - Sesaat setelah rencana penyelenggaraan festival santet di Banyuwangi, Jawa Timur, diumumkan Persatuan Dukun Nusantara Indonesia, segera menyedot perhatian publik. Perkumpulan ini ditanggapi secara beragam.
Belakangan, pemerintah daerah setempat memberikan masukan kepada Perdunu, terutama menyangkut penggunaan istilah santet dalam rencana acara festival, istilah yang dianggap bermuatan negatif.
Ketua Umum Perdunu Gus Abdul Fatah Hasan dalam konferensi pers di Aula PCNU Banyuwangi sebagaimana laporan Suarajatimpost.com, menyatakan, "Siap tidak menggunakan kata santet dalam setiap wacana maupun kegiatan yang akan digelar Perdunu."
Gus Fatah mengerti kata santet mendapat stigma kurang baik dan dianggap meresahkan masyarakat.
"Karena niat Perdunu itu baik, tidak ingin membuat kekacauan ataupun kerusuhan. Sehingga kita memutuskan untuk menggantikan kata santet. Sebenarnya itu juga masih wacana untuk program kedepan, jadi masih belum final," kata Gus Fatah.
Sementara istilah dukun, masih akan tetap digunakan.
"Nanti kita akan dalami dalam bahan kajian-kajian. Ketika nanti sudah kami simpulkan, kami akan mendaftarkan di Kemenkumham kepastian dari nama Perdunu dan kepanjangannya," kata Gus Fatah.
Dewan Pembina Perdunu Gus Hadi Solehudin menambahkan tujuan pembentukan Perdunu untuk hal yang baik. Di dalamnya ada misi dakwah.
Perdunu, kata dia, beranggotakan lintas kalangan, mayoritas memiliki basic pesantren dan mengaji.
Baca Juga: Silang Pendapat Perdunu dan MUI Tentang Arti Santet
Mengenai istilah dukun, Gus Hadi mengatakan, masih mengkajinya baik dari aspek bahasa dan budaya.