Suara.com - Konten pernikahan anak yang disebar oleh wedding organizer Aisha Wedding menyedot perhatian masyarakat. Pendiri Drone Emprit and Media Kernels Indonesia, Ismail Fahmi menilai kalau penyebaran konten Aisha Wedding berhasil membangunkan opini publik perihal pemanfaatan agama untuk agenda pedofilia bahkan hingga poligami.
Ajakan menikahi anak berusia minimal 12 tahun yang disebar oleh akun bernama Aisha Wedding tiba-tiba membuat heboh publik.
Obrolan dimulai dari unggahannya di Facebook dan terus diperbicangkan hingga ke Twitter. Tetapi, tidak semua masyarakat lantas percaya dengan keaslian Aisha Weddings. Sebab, menurut Fahmi publik terbagi dua yakni ada yang percaya dan tidak percaya.
"Misi cukup berhasil. Kalau melihat komentar-komentar yang paling populer di Twitter, sebagian curiga ini bisnis betulan," kata Fahmi melalui akun Twitternya @ismailfahmi yang dikutip Suara.com, Kamis (11/2/2021).
Baca Juga: Bongkar Heboh Promo Nikah Dini, Drone Emprit: WO Aisha Tak Jelas Pembuatnya
"Tapi banyak yang isinya percaya bahwa Aisha Wedding ini betul-betul ada, sehingga menuding ada penggunaan agama untuk trafficking, bisnis esek-esek, agenda pedofilia, poligami," tambahnya.
Kalau melihat dari analisis jaringan sosial atau social network analysis (SNA), konten Aisha Wedding ini cukup berhasil membuat heboh dan viral. Hal tersebut dikarenakan beritanya banyak diangkat oleh media mainstream.
Selain itu, artikel media tentang Aisha Wedding juga paling banyak disebarkan oleh publik. Pengaruhnya tidak sedikit pejabat publik yang turut membahasnya. Tetapi disisi lain, Fahmi juga menelusuri kalau situs Aisha Wedding itu seolah dibuat sengaja untuk mengundang kehebohan.
Aisha Wedding baru membuat konten kembali pada 9 Februari 2021. Sebelumnya pembuat Aisha Wedding pernah perbarui kontennya pada 2018 dan isi situsnya tidak pernah lengkap.
"Konten belum lengkap, isi provokatif. Baru beberapa halaman yang terisi, seperti keyakinan tentang poligami, untuk kaum muda. Sedangkan bagian layanan Covid-19, kontak belum diisi," ujarnya.
Baca Juga: DPR Sebut Nikah Muda Ciptakan Kerapuhan Keluarga dan Keturunan yang Lemah
"Sepertinya web ini baru dibuat, tapi keburu ketahuan," tambahnya.
Meski konten dalam situs Aisha Wedding belum lengkap, namun promosi secara offline justru sangat digencarkan. Itu dibuktikan dengan terdapat beberapa spanduk yang disebar di sejumlah titik di wilayah Indonesia.
Berangkat dari analisisnya, Fahmi menganjurkan publik untuk tidak membicarakan Aisha Wedding lebih jauh. Karena menurutnya, belum jelas siapa yang bertanggung jawab dengan situs Aisha Wedding itu sendiri.
"Menurut saya sih, kehebohan publik ini tak perlu dilanjutkan. Karena memang tidak jelas siapa yang membuat, dan tujuannya sepertinya bukan sungguh-sungguh sebagai iklan wedding profesional," jelasnya.
"Kita serahkan kepada kepolisian untuk mengungkap pelakunya biar tidak terulang."