Suara.com - Rawiri Waititi, pemimpin suku Maori di Selandia Baru diusir dari ruang sidang karena menolak memakai dasi yang ia anggap sebagai upaya untuk menekan budaya asli.
Menyadur CNN Kamis (11/02), Waititi mengungkap, ia tak akan melanggar haknya sendiri karena memakai dasi adalah budaya berpakaian negara Barat.
Semua ini bermula ketika Waititi tak diberi hak untuk mengajukan pertanyaan dalam debat parlemen. Ketua DPR Trevor Mallard menolaknya dua kali dengan alasan, pertanyaan hanya bisa diajukan bagi peserta yang memakai dasi.
Kala itu Waititi yang berusia 40 tahun hadir mengenakan taonga, sebuah batu hijau berbentuk liontin dari Maori sebagai pengganti dasi. Ketika ia melanjutkan pertanyaan, Mallard memerintahkannya untuk pergi.
Baca Juga: Berkemeja dan Dasi ala Orang Kantoran, Gaya Tukang Sayur Ini Jadi Sorotan
"Ini bukan tentang dasi, tapi ini tentang identitas budaya, sobat!" kata Waititi sambil keluar dari ruangan.
Insiden ini langsung memicu perdebatan tentang kolonialisme di Selandia Baru dan menyulut amarah dari seluruh dunia dengan #no2tie yang segera menjadi trending di Twitter.
Berbicara kepada Reuters pada hari Rabu, Waititi mengatakan dia tidak terkejut dengan perlakuan seperti itu karena orang Mori telah menghadapi perlakuan semacam ini selama ratusan tahun.
"Mori belum diperlakukan setara di negaranya sendiri dan penduduk asli di seluruh dunia telah menjadi sasaran diskriminasi karena sistem rasis yang membuat masyarakat kami berada di posisi kedua," katanya.
"Bagi kami untuk melawan penaklukan, untuk menolak asimilasi, untuk melawan mereka yang mencoba dan membuat kami terlihat, merasa, membuat kami berpikir seperti yang mereka inginkan. Kami menentang itu."
Baca Juga: Pakai Dasi Merah, Menparekraf Sandiaga Uno Pamer Rapat Perdananya
Perdana Menteri Jacinda Ardern mengatakan bahwa itu bukanlah sesuatu yang dia komentari dan dia tidak keberatan seseorang yang memakai dasi di parlemen atau tidak.
"Ada masalah yang jauh lebih penting bagi kita semua," kata Ardern.