Suara.com - Setelah genangan air surut, sejumlah warga Pejaten Timur, Jakarta Selatan, bekerjasama membersihkan lumpur yang sebelumnya menutupi permukaan jalan dan rumah-rumah mereka, Selasa (9/2/2021). Warga dibantu Petugas Penyedia Sarana Prasarana Umum menggunakan berbagai peralatan pembersih.
"Butuh 1,5 hari untuk membersihkan semua lumpur di area yang terdampak banjir," kata Lurah Pejaten Timur, M Rasyid Darwis.
Air yang merendam pemukiman warga di sejumlah RW telah surut sejak pukul 10.00 WIB pagi tadi.
Warga telah kembali ke rumah masing-masing untuk membersihkan rumahnya dari sisa banjir. Kelurahan Pejaten Timur mengerahkan 12 petugas PPSU untuk membantu warga bersih-bersih lingkungan.
Baca Juga: Banjir 1 Meter, Bocah Perumahan Mustika Kabupaten Tangerang "Bersyukur"
Total sebanyak 30 orang terlibat dalam kegiatan bersih-bersih tersebut, termasuk petugas Suku Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan (Damkar) Sektor Pasar Minggu membantu membersihkan sisa lumpur dengan menyemprotkan air dari mobil tangki.
Petugas membersihkan lokasi di Jalan Masjid Al Makmuriyah RW 7 dan di RW 8. Lokasi tersebut cukup banyak jumlah lumpurnya.
Banjir dengan ketinggian variatif mulai dari 40 sentimeter hingga 170 sentimeter melanda Kelurahan Pejaten Timur sejak Minggu (7/2) malam, yang mengakibatkan tujuh RW terdampak, terutama di wilayah bantaran Sungai Ciliwung.
Kelurahan Pejaten Timur wilayah paling hulu di Jakarta Selatan yang paling pertama terdampak banjir bila air Sungai Ciliwung meluap.
Banjir berlangsung hingga Senin (8/2), tercatat puluhan warga mengungsi sementara ke mushala dan posko banjir yang sudah disiapkan kelurahan.
Baca Juga: Perumahan Mustika Tangerang Tergenang Banjir 1 Meter, Ketua RT: Sudah Biasa
Hingga Selasa sore, air sudah surut sepenuhnya dan ketinggian muka air Sungai Ciliwung kembali posisi normal.
"Semoga malam ini air kali tidak naik lagi, kita pantau terus informasi peringatan dini BPBD dan dari Katulampa," kata Rasyid.
Rasyid menambahkan, banjir di Pejaten Timur disebabkan oleh luapan Sungai Ciliwung akibat curah hujan yang tinggi di kawasan Puncak Bogor, Jawa Barat, dan juga Jakarta.
"Sungai Ciliwung perlu segera dinormalisasi untuk meminimalkan risiko bencana," kata Rasyid. [Antara]