Ragukan Pernyataan Luhut, Epidemiolog: Faktanya Rumah Sakit Penuh Kematian

Senin, 08 Februari 2021 | 09:06 WIB
Ragukan Pernyataan Luhut, Epidemiolog: Faktanya Rumah Sakit Penuh Kematian
Menko Marves, Luhut Binsar Pandjaitan (Dok. Humas Kemenko Marves)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Epidemiolog Universitas Griffith Australia Dicky Budiman menilai, pernyataan Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan yang menyebut dua juta kasus belum terlaporkan lebih banyak kasus negatif tidak sesuai dengan kenyataan.

Dicky mengatakan, jika memang benar dua juta kasus tersebut lebih banyak kasus negatif seharusnya rumah sakit tidak penuh dan angka kematian tidak melonjak seperti sekarang.

"Karena bila betul ada dua juta kasus negatif yang belum terlaporkan, padahal faktanya di rumah sakit dan kematian yang tidak bisa elakkan, itu pun belum yang terburuk, angka kematian," kata Dicky kepada Suara.com, Senin (8/2/2021).

Namun, Dikcy menilai jika memang benar dua juta kasus tersebut kebanyakan negatif maka ada yang salah dengan strategi 3T testing, tracing, dan treatment yang dilakukan di Indonesia.

Baca Juga: Dua Juta Kasus Covid-19 Belum Terdata, Jubir Luhut: Kebanyakan Negatif

"Kalau betul 2 juta itu negatif dan itu akan menurunkan test positifivty rate, maka kita harus evaluasi strategi 3T kita, karena ada kesalahan target karena orang yang dites ini berapa kali negatif dan itu tidak berkontribusi ke perbaikan situasi, berarti harus dilakukan evaluasi," jelasnya.

Sebelumnya, Juru Bicara Luhut, Jodi Mahardi mengklaim dua juta kasus yang belum terlaporkan dalam data nasional adalah kasus-kasus negatif Covid-19.

Jodi beralasan, selama ini banyak laboratorium yang cenderung lebih dahulu melaporkan kasus positif agar segera mendapat penanganan, sehingga data kasus negatif tertunda untuk dilaporkan.

“Sebenarnya bukan dua juta kasus positif yang belum masuk. Tetapi, ada banyak hasil tes negatif yang tertunda untuk dilaporkan oleh laboratorium. Karena jumlah tes yang besar dan tenaga entry terbatas, laboratorium cenderung lebih dahulu melaporkan hasil positif agar bisa segera ditindaklanjuti,” kata Jodi dalam keterangannya, Minggu (6/2/2021).

Dia menegaskan yang dimaksud Luhut akan berpengaruh pada positivity rate adalah 2 juta data tersebut justru akan membuat angka positivity rate menurun, bukan meningkat.

Baca Juga: Sigapnya Australia Tangani Corona: Satu Kena, Dua Juta Warga Diisolasi

“Jadi ketika data tersebut nanti sudah terintegrasi dan dimasukkan, angka positivity rate juga akan turun karena memang banyak data kasus negatif yang tertunda untuk dilaporkan sebelumnya. Jadi artinya bukan ada kasus positif yang ditutupi dan yang ditakutkan terjadi lonjakan rasa-rasanya tidak akan terjadi,” jelasnya.

Meski begitu, Jodi mengakui perbedaan data pusat dan daerah memang menjadi masalah dalam penanganan Covid-19.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI