Suara.com - Unit anti korupsi di Brasil yang bernama Car Wash (Cuci Mobil) secara resmi dibubarkan, akhir dari era tim jaksa penuntut yang membantu menjebloskan puluhan pemimpin politik dan bisnis Amerika Latin ke penjara, termasuk beberapa mantan presiden.
Satgas, yang berasal dari penyelidikan pencucian uang rutin ke tempat cuci mobil di Brasilia, tidak ada lagi pada Senin, meskipun pembubarannya tidak diumumkan hingga Rabu oleh kantor kejaksaan federal (MPF).
Beberapa jaksa akan dipindahkan ke unit kejahatan terorganisir MPF, di mana mereka akan melanjutkan pekerjaan mereka, kata pernyataan badan tersebut.
Pasukan Cuci Mobil mulai bekerja pada tahun 2014, dengan fokus pada kontrak korupsi di perusahaan minyak milik negara Petrobras, meskipun ruang lingkupnya dengan cepat berkembang. Mantan presiden dan perusahaan besar di seluruh Amerika Latin, yang selama bertahun-tahun dianggap tak tersentuh, terlibat dalam skema korupsi besar-besaran yang ditemukan oleh para penyelidik.
Baca Juga: Aneh! Pasien Asal Brasil Terinfeksi 2 Varian Covid-19 saat Bersamaan
Di antara tokoh-tokoh terkemuka yang dijebloskan ke penjara karena penyelidikan itu adalah mantan Presiden Luiz Inacio Lula da Silva yang populer. Di luar Brasil, mantan presiden di Peru, El Salvador, dan Panama juga dipenjara sebagai hasil investigasi yang dimulai oleh gugus tugas. Perusahaan internasional besar, seperti Maersk dan Glencore, juga berada di bawah pemantauan para penyelidik.
Tetapi banyak kaum kiri menjadi waspada terhadap penyelidikan tersebut, sebagian karena pemenjaraan Lula, sementara serangkaian percakapan yang bocor pada 2019 menimbulkan pertanyaan tentang apakah penyelidik mengambil jalan pintas untuk mengamankan penuntutan.
Penyelidikan korupsi terhadap anggota keluarga dari sayap kanan Presiden Jair Bolsonaro telah membuat beberapa kaum konservatif curiga terhadap upaya untuk memerangi korupsi juga.
Hal itu membuat masa depan satgas anti rasuah itu diragukan, meskipun karyanya tetap populer di kalangan orang Brasil. Pada September, Jaksa Agung Brasil Augusto Aras memperpanjang mandat gugus tugas tersebut hingga 31 Januari, tetapi tidak mengatakan apakah dia akan memperbaruinya.
Menurut datanya sendiri, satuan tugas anti korupsi itu bertanggung jawab atas 295 penangkapan, 278 hukuman dan 4,3 miliar reais (Rp 11,2 triliun) keuntungan yang diperoleh secara kotor dikembalikan ke negara bagian Brasil selama sekitar tujuh tahun operasinya. (Sumber: Antara/Reuters)
Baca Juga: Presiden Brasil Menolak Divaksin Corona, Tapi Mau Vaksinasi Warganya