6 Negara yang Pernah Kudeta Militer Selain Myanmar

Rifan Aditya Suara.Com
Kamis, 04 Februari 2021 | 10:55 WIB
6 Negara yang Pernah Kudeta Militer Selain Myanmar
Ilustrasi tentara, Negara yang Pernah Kudeta Militer Selain Myanmar
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Kendati begitu ribuan warga justru pergi ke jalan di sekitar alun-alun di kawasan Anatolia dengan membawa peralatan dapur. Aksi ini membuat kelompok militer menyerah di jembatan Bosphorus Istanbul. Dilaporkan upaya kudeta menewaskan 241 warga Turki dengan 2.194 warga lainnya mengalami luka-luka.

Aljazeera menyebutkan upaya kudeta militer erat kaitannya dengan pemimpin gerakan keagamaan berpengaruh di Turki, Gulen. Gulen terlibat aktif dalam Hizmet, yang dinilai sebagai kelompok terlarang Turki.

Kelompok ini memiliki sentimen politik dengan Presiden Erdogan. Hizmet juga memiliki yayasan, sekolah, dan organisasi media yang tersebar di penjuru Turki dan dunia.

Presiden Erdogan lantas bertindak tegas dengan melumpuhkan segala gerakan Hizmet. Yayasan dan sekolah dilarang beroperasi. Media milik Hizmet dibredel. Pemerintah juga memecat ribuan pejabat militer, pilot, akademisi, dan pegawai negeri yang dituduh terlibat dengan Hizmet.     

5.      Thailand

Mantan Pedana Menteri Thailand Yingluck Shinawatra. (AFP)
Mantan Perdana Menteri Thailand Yingluck Shinawatra. (AFP)

Kudeta militer juga pernah terjadi di Thailand pada 22 Mei 2014. Pengambilalihan kekuasaan secara paksa itu dilatarbelakangi oleh unjuk rasa besar-besaran yang menuntut Perdana Menteri Thailand saat itu, Yingluck Shinawatra meletakkan jabatannya.

Pemerintahan Yingluck dianggap terlalu dikendalikan kakaknya yang juga mantan Perdana Menteri Thailand Thaksin Shinawatra. Thaksin melarikan diri ke luar negeri pada 2006.

Reuters mencatat tiga tahun kemudian konstitusi bentukan militer telah diratifikasi dengan referendum. Raja Thailand Vajiralongkorn dapat meningkatkan kekuasaannya melalui pemilihan umum.

Sampai tahun 2020 lebih dari 12.000 orang bergabung dengan gerakan antipemerintah Run Against Dictatorship. Kemudian 18 Juli 2020 sekitar 2.500 pengunjuk rasa berkumpul di Monumen Demokrasi. Peristiwa tersebut menjadi salah satu demonstrasi terbesar yang menyerukan pembubaran parlemen dan pemilihan baru.   

Baca Juga: Buntut Kudeta Militer, Myanmar Blokir Layanan Facebook

6.      Madagaskar

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI