Suara.com - Otoritas kota Perth dan sejumlah daerah lain di Australia barat menerapkan kebijakan karantina atau lockdown, setelah menemukan satu kasus positif covid-19, Minggu (31/1) akhir pekan lalu.
Lockdown yang dimulai sejak pukul 18.00 waktu setempat, meliputi wilayah Perth, Peel, dan wilayah Barat Daya Australia barat. Karantina itu diberlakukan hingga lima hari ke depan.
Selama karantina, warga setempat tak dibolehkan keluar rumah kecuali untuk berbelanja keperluan harian, mengakses perawatan kesehatan serta berobat, bekerja kalau tak bisa dari rumah, dan berolahraga dengan hanya satu orang lain selama maksimal satu jam.
Satu kasus positif diketahui berasal dari seorang pekerja di sebuah hotel karantina yang ditujukan bagi warga Australia yang pulang dari luar negeri.
Baca Juga: Tidak Terima Komplainnya Ditolak, Seorang Ayah Ngamuk di Toko Sex Toys
Pelacakan kontak dari pria yang terinfeksi telah dilakukan beberapa jam sebelum lockdown dan hingga kini masih berlangsung.
Hasil dari tes genom dari kasus ini kemungkinan bisa diketahui hari ini atau besok, namun pihak berwenang memperkirakan pria ini terinfeksi varian baru dari Inggris.
Ia terinfeksi saat bertugas di hotel karantina yang menampung seorang pasien positif.
Sejalan dengan itu, tes massal terhadap warga di sekitar lokasi yang terpapar juga telah dilakukan kemarin.
Pelacakan kontak langsung dilakukan
Petugas penjaga hotel karantina diketahui memiliki pekerjaan lain sebagai supir di salah satu perusahaan berbagi tumpangan.
Baca Juga: Alhamdulillah, Jerman Terapkan Lockdown Panjang, Tekan Penyebaran Covid-19
Menteri Utama Australia Barat, Premier Australia Barat Mark McGowan kemarin memastikan pria itu tidak menjalankan pekerjaan keduanya saat terinfeksi virus.
"Masukan yang saya terima menyebutkan jika ia tidak bekerja lagi sejak tertular virus," kata Premier McGowan.
"Kami belum tahu bagaimana pria ini tertular virus di hotel. Kita semua tahu virus ini berbahaya, sangat mudah menular," ujarnya.
Premier McGowan sempat dicecar pertanyaan, mengapa pihaknya tidak belajar dari kasus karantina hotel di negara bagian Victoria, dimana penjaga keamanan yang memiliki pekerjaan lain merupakan suatu kesalahan serius.
Ia berdalih bahwa sangat sulit untuk mengawasi dan memastikan seseorang tidak melakukan pekerjaan sampingan.
Optimis dapat dikendalikan
Ketua Asosiasi Medis (AMA) Australia Barat Dr Andrew Miller mengaku kecewa dengan terjadi penularan dalam komunitas namun memuji tanggapan yang diambil Pemerintah.
"Kami akan mengetahui apakah Australia Barat bisa menangani pelacakan kontak ini. Cukup bagus karena mereka bergerak cepat," ujarnya.
"Kami memuji Pemerintah, karena mereka terbuka tentang keadaan ini. Langkah selanjutnya sekarang yaitu memastikan hal dilacak dan dikendalikan," kata Dr Miller.
Ia menyebutkan saran dari AMA agar pemerintah negara bagian meningkatkan sistem karantina sebelumnya telah diabaikan.
"Secara khusus kami telah sampaikan agar fasilitas karantina ini tidak digunakan untuk keperluan lain, serta perlunya perlindungan dari penularan melalui udara bagi orang-orang yang bekerja di situ," katanya.
"Itulah salah satu cara penyebaran dari virus ini," kata Dr Miller.
Pihak Asosiasi Medis, katanya, juga mendorong dilakukannya tes yang tepat terhadap orang-orang yang bekerja di hotel karantina serta melarang mereka ini bekerja di tempat lain.
"Kita akhirnya mengalami situasi ini, yang akan menimbulkan gangguan bagi orang banyak, namun kami optimis kita dapat mengendalikannya," ujarnya.
Saat ini tes COVID-19 telah dilakukan setiap hari kepada setiap orang yang bekerja di hotel karantina.
Namun Dr Miller menyarankan agar pemerintah terus meningkatkan kapasitas tes COVID-19 saat ini.
"Saya pikir kita ingin mengatasi varian virus ini dalam waktu 24 jam. Jadi aneh kalau tesnya hanya sampai jam 10 malam," katanya.
Diproduksi oleh Farid M. Ibrahim dari artikel ABC News