Suara.com - Otoritas kesehatan China melakukan pelacakan Covid-19 kepada warganya dengan metode yang baru yakni tes swab melalui dubur, sejumlah warga mengaku malu saat dites.
Menyadur The Sun, Jumat (29/1/2021) sejumlah dokter di China mengklaim prosedur invasif tersebut bisa lebih efektif dalam mendeteksi virus daripada swab lewat hidung.
China, negara pertama kali virus corona ditemukan lebih dari setahun yang lalu, saat ini mengalami lonjakan kasus terburuk sejak bulan Maret.
Wabah telah menyebabkan banyak kota di bagian utara negara itu ditutup, setelah dua kasus virus varian Inggris dilaporkan ditemukan.
Baca Juga: Kementerian Pertahanan China: Dukung Kemerdekaan Taiwan Berarti Perang
Hal tersebut membuat otoritas harus meluncurkan pengujian massal dengan para pejabat Beijing menargetkan lebih dari dua juta orang dalam 48 jam.
Sampai sekarang orang telah diuji dengan metode usap tenggorokan dan hidung, serta tes antibodi. Tapi sejumlah warga diketahui dites menggunakan asam nukleat rektal, lapor media China.
Lebih Akurat
Pakar kesehatan mengatakan kepada media pemerintah China CCTV bahwa tes swab melalui dubur lebih akurat dalam mendeteksi Covid-19.
Para pakar mengklaim jejak virus bisa bertahan lebih lama di anus daripada di saluran pernapasan.
Baca Juga: Dinilai Lebih Akurat, China Lakukan Anal Swab untuk Uji Covid-19
Tes tersebut dilakukan dengan memasukkan alat usap sekitar 3-5 cm ke dalam rektum dan diputar beberapa kali. Sama halnya dengan metode hidung, alat usap akan dilepas dan ditempatkan ke dalam wadah sampel.
Seluruh prosedur dikatakan memakan waktu sekitar 10 detik, menurut Komisi Kesehatan Nasional China.
Li Tongzeng, wakil direktur yang bertanggung jawab atas penyakit menular di Rumah Sakit You'an Beijing, mengatakan kepada penyiar CCTV: "Sejak dimulainya wabah virus Corona, kami telah menguji virus tersebut terutama menggunakan usap tenggorokan.
"Dalam beberapa kasus tanpa gejala atau pada individu dengan gejala ringan, mereka cenderung sembuh dari penyakit dengan sangat cepat. Mungkin saja tidak akan ada jejak virus di tenggorokan mereka setelah tiga hingga lima hari.
"Apa yang kami temukan adalah bahwa pada beberapa pasien yang terinfeksi, virus corona bertahan lebih lama di saluran pencernaan atau kotoran mereka daripada di saluran pernapasan mereka." ungkap Li Tongzeng.
Wabah Lokal
China dilaporkan mulai menggunakan metode tersebut setelah seorang bocah lelaki berusia sembilan tahun dites tanpa gejala positif Covid-19 minggu lalu.
Lebih dari 1.200 siswa di sekolahnya di distrik selatan Daxing diuji dengan metode swab melalui dubur tersebut, menurut laporan Global Times.
Sejumlah warga yang sudah merasakan tes swab Covid-19 melalui dubur membagikan pengalamannya di platform media sosial Weibo, Twitter versi China.
"Sangat beruntung saya kembali ke China lebih awal," tulis seorang pengguna.
"Sedikit sakit, tetapi rasanya sangat malu," kata warganet yang lain sembari menggunakan emotikon tertawa.
Orang lain yang telah menjalani prosedur menimpali dengan humor.
"Saya telah melakukan dua usapan anal, setiap kali saya melakukannya, saya harus melakukan usap tenggorokan setelahnya - saya sangat takut perawat akan lupa menggunakan alat usap baru," canda seorang pengguna Weibo.
CCTV mengatakan pada hari Minggu tes swab dubur tidak akan digunakan seluas metode lain, karena teknik itu membuat "tidak nyaman".
China telah memberlakukan persyaratan yang lebih ketat pada kedatangan internasional dalam upaya untuk menjaga transmisi domestik mendekati nol.
China juga memperketat pembatasan di dalam negeri, Beijing mengumumkan bahwa orang-orang dari daerah berisiko menengah atau tinggi dilarang masuk kota mulai Kamis untuk mengurangi risiko penularan virus selama Tahun Baru Imlek.
Sementara itu, turis yang datang harus menunjukkan hasil tes negatif dan karantina setidaknya selama 14 hari di hotel yang ditunjuk.
Hingga Rabu, China telah melaporkan total 89.272 kasus Covid-19 yang dikonfirmasi. Korban tewas di negara itu naik satu menjadi 4.636 setelah adanya kasus kematian pada hari Senin.