Duterte Tolak Divaksin Covid-19 di Depan Publik, Berniat Disuntik di Pantat

Kamis, 28 Januari 2021 | 07:55 WIB
Duterte Tolak Divaksin Covid-19 di Depan Publik, Berniat Disuntik di Pantat
Presiden Filipina, Rodrigo Duterte (AFP/Noel Celis).
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Presiden Filipina Rodrigo Duterte menolak untuk divaksin Covid-19 di depan publik seperti presiden dari negara lain karena dia ingin disuntik di bagian pantat.

Menyadur The Daily Beast, Rabu (27/1/2021) Harry Roque, selaku juru bicara Duterte mengonfirmasi bahwa presiden sepenuhnya berniat untuk disuntik di bagian pantatnya.

"Karena beliau ingin disuntik di bagian pantat, itu tidak bisa dipublikasikan," kata Roque kepada wartawan saat konferensi pers, Selasa (26/1).

Dr Tony Leachon, mantan penasihat satuan tugas Covid-19 Filipina, menyesali keputusan presiden yang tidak mau dipublikasikan.

Baca Juga: Lebih Murah dari PCR, Filipina Gunakan Alat Tes Covid-19 Berbasis Air Liur

"Tantangan terbesarnya adalah meyakinkan publik untuk mendapatkan vaksinasi. Sayangnya Duterte telah memilih bokongnya daripada area deltoid seperti [Presiden] Joe Biden AS ... Ini akan sangat menginspirasi!" tulis Dr Tony Leachon di Twitter.

Dr Tony juga memperingatkan presiden jika "bagian tengah bokong harus dihindari untuk semua suntikan."

Menurut Rappler, keinginan Duterte untuk suntik di bagian pantat menandai perubahan keinginannya. Pada Agustus lalu Presiden sempat berniat disuntik vaksin buatan Rusia di hadapan publik.

"Ketika vaksin tiba, saya akan disuntik di depan umum. Percobaan pada saya dulu, tidak masalah bagi saya." ujar Duterte.

Menteri kesehatan, Francisco Duque III, mengatakan pekan lalu bahwa dia dan pejabat lainnya berusaha meyakinkan Duterte untuk disuntik di depan umum. Namun upaya itu gagal karena presiden tidak mau disuntik kecuali di bagian pantatnya.

Baca Juga: Pabrik Perakitan Nissan Almera di Filipina Akan Berhenti, Ini Alasannya

Satu jajak pendapat yang dirilis minggu lalu menunjukkan bahwa kurang dari sepertiga warga Filipina bersedia diinokulasi untuk melawan virus corona karena kekhawatiran akan keamanan.

Filipina telah terpukul parah oleh pandemi, mencatat lebih dari 500.000 kasus dan lebih dari 10.000 kematian, menurut data Universitas Johns Hopkins.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI