Gelombang Kedua Covid-19, Peru Kunci Total 10 Negara Bagian

Erick Tanjung Suara.Com
Rabu, 27 Januari 2021 | 13:24 WIB
Gelombang Kedua Covid-19, Peru Kunci Total 10 Negara Bagian
Seorang wanita mengusap wajahnya di depan Biara Nazarene, saat gereja kembali tutup akibat wabah penyakit virus corona (COVID-19), di Lima, Peru, Rabu (7/10/2020). Tulisan pada papan berbunyi "Jaga jarak sosial 2 meter". REUTERS/Sebastian Castaneda/NZ/djo (REUTERS/STRINGER)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Presiden Peru, Francisco Sagasti, pada Selasa (26/1/2021) malam mengumumkan karantina wilayah secara total di kawasan ibu kota dan sembilan negara bagian lain. Karantina wilayah total itu diberlakukan hingga 14 Februari lantaran pertimbangan lonjakan kasus Covid-19.

Pembatasan dilakukan dengan aturan bekerja dari rumah, penutupan toko nonesensial, penangguhan perjalanan darat dan udara antarwilayah, serta perpanjangan larangan penerbangan masuk dari Eropa dan Brazil demi mencegah virus varian baru.

Pada 26 Januari, Peru mengonfirmasi sebanyak 4.444 kasus baru Covid-19, sehingga totalnya menjadi 1.107.239 kasus infeksi dengan 40.107 kematian. Berdasarkan data Reuters, kasus di Peru saat ini sebesar 57 persen dari puncak pada 22 Agustus tahun lalu ketika tercatat lebih dari 9.000 kasus.

Sagasti menyebut bahwa vaksin Covid-19 adalah jalan keluar dari krisis yang terjadi, dan ia berjanji akan menjadi satu di antara penerima vaksin pertama di negaranya.

Baca Juga: Update Covid-19 Global: Lonjakan Kasus Harian di Tengah Program Vaksinasi

Kiriman satu juta dosis dari total pesanan sebanyak 38 juta dosis kandidat vaksin Sinopharm, perusahaan asal China, akan tiba di Peru dalam beberapa hari mendatang.

"Program vaksinasi akan dimulai pada Februari," kata Sagasti.

Peru juga telah mengamankan pasokan vaksin sebanyak 14 juta dosis dari AstraZeneca, perusahaan asal Inggris dan otoritas kesehatan negara itu juga mempertimbangkan pengajuan izin penggunaan darurat vaksin dari Institut Gamaleya Rusia dan Pfizer. (Antara)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI