Siswa Bintara SPN Ternate Tewas Dengan Penuh Luka, Ibu: Sakit Rasanya

Selasa, 26 Januari 2021 | 18:46 WIB
Siswa Bintara SPN Ternate Tewas Dengan Penuh Luka, Ibu: Sakit Rasanya
Tim pendamping hukum Muhammad Rizkal Kunio (kiri) dan Achmet Kusnawati Muksin (kanan), Ibu almarhum Muhammad Rian Assidiq (19) siswa Bintara Sekolah Polisi Negara atau SPN Polda Maluku Utara yang meninggal dunia secara mesterius. (Ist)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Achmet Kusnawati Muksin tak menyangka kalau putera kebanggaannya, Muhammad Rian Assidiq (19) meninggal dunia secara mesterius. Pasalnya, siswa Bintara Sekolah Polisi Negara atau SPN Polda Maluku Utara itu meninggal dunia dengan kondisi tubuh yang penuh luka, namun disebut radang otak karena infeksi.

Pada 29 November 2019, Achmet atau akrab disapa Ibu Etta dihubungi oleh salah satu pendidik Rian di SPN Polda, Sofifi, Maluku Utara, kalau putranya tengah berada di Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSUD Chasan Boesoirie. Pendidik Rian tidak menjelaskan kondisi Rian, tetapi langsung meminta Etta untuk mendatangi RS.

"Dia bilang datang saja Ibu, Rian tidak apa-apa. Mungkin kalau ibu datang terus Ade (panggilan Rian) lihat Ibu, ade bisa kuat," kata Etta dalam keterangan pers yang disampaikan KontraS, Selasa (26/1/2021).

Etta lantas bergegas menuju rumah sakit untuk melihat langsung kondisi anaknya. Sesampainya di sana, Etta melihat kondisi putranya sudah penuh dengan luka di sekujur tubuh.

Baca Juga: Siswa SPN Tewas Penuh Luka, Polda Malut Malah Bilang Covid-19 dan Epilepsi

Kemudin Etta diberitahu oleh salah satu pendidik bernama Sadek Salim yang ada di sana, bahwa Rian jatuh saat ikut dalam pelatihan lari. Sebelumnya Rian sempat dipapah oleh kedua temannya, namun setelah itu Sadek mengambil alih.

Sadek melaporkan kejadian jatuhnya Rian tersebut ke kepala SPN Polda Malut di Sofifi. Kata Kepala SPN Polda Malut, Rian diminta untuk dibawa ke ruangannya.

Tetapi sebelum dibawa ke ruangan kepala SPN, Rian terlebih dahulu dibawa ke sebuah ruangan dan diminta oleh Sadek untuk berjalan bolak-bolak balik. Saat itu, Rian mengaku sudah merasakan agak lebih baik. Ia pun lantas membawa Rian kembali ke barisan bersama teman-temannya.

Pada saat di barisan, Rian tiba-tiba berteriak seolah ada yang datang.

"Tiba-tiba ade ke luar dari barisan teriak, komandan, itu sudah banyak yang datang, katanya begitu, seakan-akan Ade ini melihat sesuatu yang aneh-aneh begitu," ujarnya.

Baca Juga: Sudah 9 Hari Meninggal karena Covid-19, Wanita Ini Mendadak Pulang ke Rumah

"Terus kata si pengasuhnya, dia keluar dari barisan terus ditahan sama teman-teman, ada beberapa dari teman-teman menahan tangan dia. Ade langsung lari lagi, lari terus teriak lagi yang kedua kali, komandan banyak tuh yang sudah datang," tambah Etta.

Saat momen itu, Rian terjatuh dan menyebabkan luka-luka pada tubuhnya. Namun, Etta justru aneh dengan luka-luka yang tampak pada tubuh Rian seperti bukan korban terjatuh.

Etta berusaha menunjukkan foto jemari kaki Rian yang penuh luka. Berdasarkan informasi dari Sadek, kaki Rian sempat menyengguk bebatuan.

Lalu, ia juga mempertanyakan luka yang ada di lutut, pelipis, punggung, dan perut Rian. Kalau diperhatikan, luka yang terlihat itu berada di sebelah kiri tubuh Rian.

Lagi-lagi Sadek mengaku kalau luka yang timbul itu akibat terjatuh. Etta mengaku sama sekali tidak bisa berkomunikasi dengan Rian karena kondisinya yang sudah koma sejak dibawa dari SPN Polda Malut, Sofifi ke Ternate.

Tetapi, Etta sempat menyaksikan Rian kejang-kejang. Menurut keterangan dokter, kondisi itu dikarenakan infeksi yang menjalar ke seluruh tubuhnya. Pihak dokter menyebut sudah memberikan empat suntikan untuk meredakan kejangnya Rian. Pihak dokter sempat mengatakan akan memberikam suntikan yang kelima sebagai upaya maksimalnya.

"Kalau seandainya dia masih seperti ini juga, kami dari pihak rumah sakit sudah buka tangan dan hanya mukjizat dari Allah dan doa dari orang tua, itu kata dokter ke saya," ungkapnya.

Namun pencipta berkata lain. Rian pun berpulang sekitar enam jam kemudian.

Penuh Luka

Almarhum Rian dibawa ke rumah duka untuk dimandikan. Saat itu, Etta menyebut menemukan luka melepuh yang cukup besar di bawah pusar, pinggang belakang dan luka lebam.

"Jadi, kami berkesimpulan kalau almarhum meninggal ini karena adanya penyiksaan," tuturnya.

Kalau dari hasil resume diagnosa umum, Rian dinyatakan oleh rumah sakit mengalami infeksi luas yang menyebabkan kegagalan organ dan tekanan darah sangat rendah. Kondisinya pun bisa mengancam jiwa yang disebabkan infeksi lokal, seluruh sistem organ parah dan segera memerlukan bantuan medis.

Kemudian, Rian didiagnosa mengalami radang otak dan sekitarnya karena suatu kondisi yang disebabkan oleh virus dan pendarahan pada ruangan antara otak.

Resume itu ditandatangani oleh dr. Endang. Tetapi, Etta mengaku tidak pernah diberikan hasil visum lebih lanjut oleh pihak rumah sakit.

"Mereka tidak mengasih tahu kepada kami kalau akibat kematian Ade ini karena apa? mereka tutupi itu yang kami sesalkan, apalagi ibu kecewa dan ibu sesalkan. Sakit rasanya memang," tuturnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI