Suara.com - Drone bawah laut atau seaglider yang ditemukan warga di Kepulauan Anambas, Provinsi Kepulauan Riau tengah dibawa ke Pusat Hidrografi dan Oseanografi TNI AL (Pushidrosal) untuk diteliti lebih lanjut. Seaglider yang awalnya dikira rudal itu diduga milik China.
Kepala Dinas Penerangan TNI Angkatan Laut (Kadispenal) Laksamana Julius Widjodjono mengatakan bahwa drone bawah laut tersevut diserahkan ke Lanal Tarempa pada Kamis (21/1/2021) pukul 15.00 WIB. Selanjutnya drone bawah laut tersebut dibawa ke Jakarta menggunakan Kapal Perang Republik Indonesia (KRI).
"Jam 15.00 WIB baru diserahkan ke Lanal Tarempa selanjutnya akan dikirim by KRI," kata Julius saat dikonfirmasi, Kamis.
Meski demikian Julius belum menjelaskan terkait tindak lanjut dari drone bawah laut tersebut setelah tiba di Pushidrosal, Jakarta.
Baca Juga: Prajurit TNI AL Buka Jalan Menuju Gereja di Mamuju yang Tertutup Longsoran
Sebelumnya, warga Kepulauan Anambas Provinsi Kepulauan Riau digegerkan dengan temuan benda yang menyerupai rudal. Di beberapa bagian benda tersebut, ditemukan beberapa abjad China.
Penemuan benda tersebut kali pertama dilihat oleh seorang nelayan Kepulauan Anambas di Kecamatan Siantan Timur.
Lokasi temuan beda tersebut berada di tepian pantai kawasan setempat pada Selasa (19/1/2021) sekira pukul 15.30 WIB.
Benda berwarna biru dengan beberapa tulisan China itu kali pertama ditemukan oleh seorang nelayan bernama Ain dan putranya Aris.
Kepala Staf Angkatan Laut (Kasal) Laksamana TNI Yudo Margono mengatakan bahwa dugaan rudal tersebut ternyata sebuah drone bawah laut yang ditemukan nelayan di perairan Selayar, Sulawesi Selatan, merupakan seaglider untuk riset bawah laut.
Baca Juga: Rawat Pasien Korban Gempa, TNI AL Boyong RS Terapung ke Sulbar
"Alat ini seaglider, banyak untuk keperluan survei atau untuk mencari data oseanografi di laut, di bawah lautan," kata Yudo dalam jumpa pers di Pusat Hidrografi dan Oseanografi TNI AL (Pushidrosal) di Jakarta Utara, Senin (4/1/2021).
Alih-alih membuat publik tenang, penjelasan Laksamana Yudo justru memantik banyak pertanyaan baru. Misalnya, siapa pemilik glider tersebut? Berapa banyak peranti asing sejenis di lautan Indonesia? Data apa yang dikumpulkannya? Kepada siapa data-data tersebut dikirimkan?
Sebelum AL memberikan penjelasan, beberapa pengamat militer sudah mengemukakan dugaan bahwa drone bawah laut yang ditemukan di perairan Selayar tersebut tak lain adalah peranti mata-mata China, Sea Wing UVV.
AL memang belum memastikan bahwa glider itu milik militer atau institusi Tiongkok. Yudo, dalam jumpa pers di Jakarta, mengatakan belum ada petunjuk untuk mengungkap pemilik drone tersebut.