Suara.com - Lempeng Laut Filipina yang menyebabkan gempa bermagnitudo 7,0 pada Kamis (21/1/2021), pukul 19.23 WIB, merupakan zona subduksi aktif dengan magnitudo tertarget 8,2.
"Zona subduksi aktif ini memiliki laju penunjaman lempeng antara 10 hingga 46 milimeter per tahun dengan magnitudo tertarget 8,2," kata Koordinator Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Daryono di Jakarta.
Hasil monitoring BMKG menunjukkan selama beberapa tahun terakhir terjadi peningkatan aktivitas seismisitas di wilayah ini khususnya untuk aktivitas gempa menengah di kedalaman sekitar 100 kilometer.
Wilayah lempeng laut Maluku dan tunjaman lempeng laut Filipina merupakan salah satu kawasan seismik paling aktif di dunia. Lokasi Kepulauan Talaud dan Miangas bersebelahan dengan zona tunjaman lempeng laut Filipina.
Baca Juga: Usai Gempa M 7,1 Kepulauan Talaud Sulut Gelap dan Komunikasi Sulit
Zona tunjaman lempeng laut Filipina melintas berarah utara-selatan dengan panjang mencapai sekitar 1.200 kilometer, dari Pulau Luzon, Filipina, di Utara hingga Pulau Halmahera di selatan.
Tunjaman Lempeng laut Filipina adalah sumber gempa potensial pemicu gempa dan tsunami bagi wilayah Maluku Utara seperti Halmahera, Morotai, Miangas, dan Kepulauan Talaud.
Catatan sejarah gempa di zona tunjaman lempeng laut Filipina cukup banyak, yang menunjukkan di wilayah ini sudah sering terjadi gempa kuat dan merusak.
Daryono merincikan yaitu gempa merusak Kepulauan Talaud pada 23 Oktober 1914 (M 7,4), gempa merusak Halmahera pada 27 Maret 1949 (M 7,0). Gempa merusak Kepulauan Talaud pada 24 September 1957 (M 7,2).
Kemudian gempa merusak Halmahera Utara dan Morotai pada 8 September 1966 (M 7,7). Gempa merusak Kepulauan Talaud pada 30 Januari 1969 (M 7,6) serta gempa merusak Maluku Utara dan Morotai Morotai pada 26 Mei 2003 (M 7,0).
Baca Juga: Sulawesi Utara Diguncang Gempa 7,1 Magnitudo, BMKG Imbau Masyarakat Tenang
Catatan sejarah enam gempa kuat dan merusak tersebut merupakan bukti bahwa Tunjaman Lempeng Laut Filipina, khususnya Segmen Halmahera-Talaud menjadi salah satu sumber gempa yang patut diwaspadai dan tidak boleh diabaikan.
Kamis (21/1) pukul 19.23.08 WIB terjadi gempa di wilayah Kepulauan Talaud pada dengan magnitudo 7,1 yang kemudian diupdate menjadi magnitudo 7,0 yang disebabkan deformasi batuan pada bagian slab lempeng laut Filipina yang tersubduksi di bawah Kepulauan Talaud dan Miangas.
Hingga saat ini belum terjadi gempa susulan. Hal ini karena karakteristik batuan pada lempeng laut Filipina sangat homogen dan elastis (ductile). Sifat elastis pada batuan ini yang menjadikan batuan tidak rapuh, sehingga gempa susulan jarang terjadi. [Antara]