Suara.com - Pelantikan Presiden Amerika Serikat Joe Biden beserta Wakil Presiden Kamala Harris pada Rabu waktu setempat, diwarnai oleh sepinya jalanan Kota Washington dari kerumunan warga yang biasanya hadir mengibarkan bendera dan memadati pusat kota demi menyambut pemimpin baru mereka ke Gedung Putih.
Untuk pelantikan presiden tahun ini, yang diselenggarakan di tengah pandemi COVID-19, kerumunan warga beralih di ruang-ruang virtual, sementara jalanan di Kota Washington dan di sekitar lokasi pelantikan, Gedung Kongres AS, Capitol, dipenuhi oleh puluhan ribu petugas keamanan dari Garda Nasional dan kepolisian.
Tidak hanya itu, beberapa lokasi juga ditutup untuk umum dan dikelilingi pagar dari kawat berduri.
Setidaknya, ada lebih dari 25.000 anggota Garda Nasional yang dikerahkan membantu kepolisian mengamankan acara pelantikan presiden baru AS.
Baca Juga: Joe Biden Jadi Presiden Baru AS, Trump Tak Hadiri Pelantikan
Ketatnya pengamanan jelang dan selama acara pelantikan dilakukan, setelah adanya kerusuhan massa pendukung Donald Trump di Capitol pada 6 Januari 2021.
Akibat peristiwa itu, lima orang tewas dan satu di antaranya adalah seorang polisi yang bertugas di Capitol.
Beberapa pengamat keamanan di AS berpendapat acara pelantikan akan berjalan lancar dan bebas dari aksi ricuh, mengingat ketatnya pengamanan serta banyaknya petugas yang dikerahkan ke lokasi acara. Namun, kemungkinan adanya aksi rusuh dari individu tertentu masih ada, dan para pengamat melihat beberapa rencana serangan yang terorganisir mulai muncul ke permukaan.
Jelang pelantikan, seorang mahasiswa asal Dallas yang ditemui di luar Union Station, stasiun kereta terpadat di Washington, menyampaikan harapannya kepada presiden baru AS.
"Saya menunggu adanya perubahan, tetapi saya optimis," kata Victor Duran, mahasiswa asal Dallas.
Baca Juga: Pelantikan Biden-Harris: Apa Saja yang Menanti Wapres Perempuan Pertama AS
Namun, Victor Duran dan beberapa orang yang berkumpul di luar Union Station tidak dapat mendekat ke Capitol, karena area itu dijaga ketat oleh tentara dari Garda Nasional. Pasukan Garda Nasional, lengkap dengan senjata api, berjejer di belakang pagar kawat besi yang mengelilingi area luar kawasan pemerintahan di Capitol Hill.
Sementara itu, iring-iringan kendaraan yang membawa tamu undangan melaju cepat masuk ke dalam lokasi acara pelantikan.
Di tengah penjagaan ketat petugas, sekelompok pengunjuk rasa berdiri di luar pagar kawat. "Jika Joe Biden ingin membawa Amerika ke neraka, silakan saja!" kata salah satu demonstran.
Mantan analis terorisme dari Departemen Luar Negeri AS, Dennis Pluchinsky, mengatakan jika ada gangguan yang nantinya terjadi, itu tidak akan mempengaruhi jalannya upacara pelantikan presiden. "Tidak ada yang dapat mereka lakukan untuk melukai Biden. Menurut saya, yang akan mereka lakukan hanya mengibarkan bendera dan mencoba mengacaukan acara pelantikan (dari jauh)," kata Pluchinsky.
Badan Taman Nasional AS mengumumkan dua demonstrasi yang awalnya akan digelar di sepanjang rute parade, yaitu di antara Capitol dan Gedung Putih telah dibatalkan.
Sepinya Kota Washington dari kerumunan warga turut dipengaruhi oleh pandemi. Banyak orang yang memilih tidak keluar rumah agar tidak tertular COVID-19.
"Jujur, sedih melihat satu kota ini ditutup," kata mantan senator dari Partai Republik, Jeff Flake, saat baru tiba di Capitol untuk menghadiri acara pelantikan presiden dan wakil presiden AS.
Departemen Pertahanan AS dan Biro Investigasi Federal juga melakukan pemeriksaan mendalam terhadap seluruh tentara Garda Nasional yang bertugas mengawal acara pelantikan. Setidaknya, ada 12 tentara yang dibebastugaskan karena mereka dinilai dapat mengancam jalannya acara. (Antara/Reuters)