Pelantikan Biden-Harris: Apa Saja yang Menanti Wapres Perempuan Pertama AS

SiswantoBBC Suara.Com
Rabu, 20 Januari 2021 | 23:20 WIB
Pelantikan Biden-Harris: Apa Saja yang Menanti Wapres Perempuan Pertama AS
BBC
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Kamala Harris akan mengukur sejarah ketika ia mengambil sumpah jabatan pada Rabu (20/01), menjadi perempuan pertama, sekaligus orang kulit hitam dan campuran Amerika-Asia Selatan yang menjabat sebagai wakil presiden AS.

Inilah yang akan menanti Harris setelah ia mulai menjabat.

Apa saja tugas seorang wakil presiden?

Secara historis, tidak banyak. Wakil presiden digambarkan sebagai peran konstitusional yang paling tidak dipahami dan paling sering diabaikan dalam pemerintahan federal, dan untuk waktu yang lama tetap seperti itu.

"Peran wakil presiden, sejujurnya, adalah menggantikan presiden," ujar Barbarra Perry, direktur pusat studi kepresidenan Miller Centre di University of Virginia.

Baca Juga: Pelantikan Joe Biden dan Sejumlah Langkah yang Segera Diambil

Kecuali presiden meninggal, atau sakit parah, tugas wakil presiden sebagian besar adalah duduk dan menunggu.

Bagi sejumlah wakil presiden, dinamika itu berarti melakukan pekerjaan yang Anda harapkan tidak akan pernah diperlukan.

"Salah satu wakil presiden di awal abad ke-20 mengatakan, 'Setiap hari saya membunyikan bel di Gedung Putih dan berharap presiden akan menjawab'," kata Perry.

Kendati begitu, wakil presiden bukanlah peran yang bisa dianggap enteng.

Sembilan dari 45 presiden AS terpaksa meninggalkan jabatannya sebelum masa jabatan mereka berakhir, delapan di antaranya karena kematian - sekitar seperlima dari seluruh presiden - yang berdampak pada promosi mendadak bagi wakil presiden mereka.

Baca Juga: Pelantikan Biden, Simpatisan Trump di Tokyo Turun ke Jalanan

Di usia yang menginjak 78 tahun, Joe Biden akan menjadi presiden tertua yang menjabat, menambah tekanan bagi barisan orang-orang yang berhak menggantikannya.

Baru pada tahun 1970-an, di bawah Presiden Jimmy Carter, wakil presiden mulai mengambil peran yang lebih besar.

Carter, yang merupakan mantan gubernur Georgia, membangun pencalonannya sebagai orang dari luar dunia politik.

"Dia tau dia tak memahami Washington," kata Perry.

Jadi ketika ia memenangi pencalonan presiden, ia memanggil Walter Mondale, seorang senator senior di AS, untuk menunjukkan caranya bekerja dan menjadi "mitra pemerintahan sejati".

Kendati hubungan dekat mereka masih baru, kecocokan strategis mereka mengikuti pola usang wakil presiden yang menawarkan keseimbangan geografis atau ideologis kepada presiden.

Praktik ini terus berlanjut dalam kancah politik AS belakangan.

Barack Obama yang kala itu adalah pendatang baru dalam dunia politik, menunjuk Joe Biden, seorang senator yang menjabat selama 35 tahun.

Donald Trump mengajak Mike Pence, yang keyakinan evangelisnya dianggap memperhalus citra Trump terkait hak beragama.

Dan yang terbaru, Harris menawarkan keseimbangan akan usia, jenis kelamin dan ras Joe Biden.

Terlebih lagi, peran seremonial yang dipegang oleh wakil presiden sebagai presiden Senat akan menjadi sangat penting bagi partai Harris.

Saat ini ada pembagian 50-50 kursi antara Partai Demokrat dan Republik di majelis tinggi, dan Harris akan sangat menentukan ketika suara masing-masing dalam kondisi seri.

Di mana wakil presiden tinggal?

Harris dan suaminya, Doug Emhoff, akan tinggal di 'gedung putih' yang berbeda - sebuah rumah besar yang dibangun pada abad ke-19 di halaman Observatorium Angkatan Laut AS di barat laut Washington.

Bangunan rumah ini dekat dengan lokasi Gedung Putih, di mana Harris akan melakukan tugasnya sebagai wakil presiden.

Di sisi lain, rumah itu juga tidak jauh dari sekolah hukum di Georgetown University, di mana Emhoff, yang merupakan seorang pengacara, akan mengajar.

Ketika bepergian, Harris dan Emhoff juga memiliki akses ke Air Force Two, sebuah pesawat berjenis Boeing 757, dan mereka akan mendapat pengamanan sepanjang waktu.

Apakah Harris dan Biden rukun?

Meski Biden dan Obama sering menampilkan 'bromance' mereka selama berada di Gedung Putih, hubungan pribadi yang erat antara presiden dan wakil presiden bukanlah suatu hal yang normal, kata Perry.

Namun, sejak Biden secara resmi mengajak Harris untuk mendampinginya musim panas lalu, tampaknya hubungan keduanya lancar, lanjut Perry.

Biden mengatakan "belum ada satu pun keputusan yang saya buat" tentang pemerintahannya yang tidak ia konsultasikan dengan Harris terlebih dulu.

Harris juga telah mewawancarai masing-masing nominasi potensial yang akan duduk dalam kabinet Biden.

Hubungan persahabatan masuk akal antara keduanya, mengingat hubungan dekat Harris dengan putra Biden, Beau - yang meninggal karena kanker otak pada 2015 - yang membuat Biden memutuskan Harris sebagai pendampingnya.

Tapi pilihan Biden mengejutkan bagi beberapa orang, mengingat serangan tajam Harris yang ditujukan langsung ke Biden, ketika mereka berdua bersaing untuk nominasi presiden dari Demokrat.

"Biden jelas membiarkan membiarkan yang lalu biarlah berlalu," kata Perry.

Seberapa besar pengaruh yang akan dimiliki Harris?

Biden kemungkinan akan mencontohkan peran yang akan dilakukan Harris seperti ketika ia menjabat sebagai wakil presiden pada masa pemerintahan Obama.

Ketika Biden memperkenalkan Harris sebagai pasangannya dalam Konvensi Nasional Demokrat 2020, ia mengenang momen ketika ia dipilih untuk peran yang sama oleh Barack Obama pada 2008.

Obama bertanya apa yang diinginkan Biden dari peran tersebut.

"Saya mengatakan kepadanya bahwa saya ingin menjadi orang terakhir di ruangan ini sebelum ia membuat keputusan penting," kata Biden.

"Itulah yang saya minta pada Kamala. Saya meminta Kamala menjadi suara terakhir di ruangan itu. Untuk selalu mengatakan yang sebenarnya."

Harris akan menjadi wakil presiden yang seperti apa?

Harris bergabung dengan tim Biden sebagai bintang politik yang ia raih dengan kemampuannya sendiri.

Meskipun pencalonannya sebagai presiden gagal dan terhenti lebih awal, itu membuatnya mendapatkan penggemar setia (mereka menyebut diri mereka #KHive).

Dan meskipun terus mendapat kritik dari anggota partainya yang berhaluan kiri, Harris memiliki catatan suara paling liberal di Senat AS, dengan membela hak gay, imigrasi, legalisasi ganja dan pengendalian senjata.

Ia juga memiliki riwayat di dunia hukum, dengan pernah menjabat sebagai pengacara top di California sebelum menjadi senator.

Pengalaman hukum dan advokasinya untuk reformasi polisi akan berguna di Gedung Putih yang telah berjanji untuk menangani kesalahan "sistemik" dalam kepolisian AS.

Musim panas lalu, di tengah gelombang aksi Black Lives Matters, Harris menjadi pendukung yang vokal terhadap demonstrasi tersebut dan menyerukan "penataan ulang" kepolisian AS.

Namun sebagai wakil presiden perempuan pertama yang berkulit hitam dan berdarah campuran Amerika-Asia Selatan, ia akan memasuki kantor dengan membawa harapan yang berat.

"Meskipun saya mungkin perempuan pertama di kantor ini," Harris kerap mengatakan, "Saya tidak akan menjadi yang terakhir".

Momen bersejarah bagi orang kulit hitam Amerika patut dirayakan, kata Jennifer Edwards, direktur senior di organisasi keadilan rasial Color of Change.

"Tapi kami belajar berkali-kali bahwa representasi saja tidak mengarah pada perubahan transformatif."

"Ratusan ribu perempuan kulit hitam telah berjuang, mengatur, dan memilih untuk mencapai momen ini. Sekarang, Wakil Presiden terpilih Kamala Harris memiliki tanggung jawab untuk mewakili tuntutan orang-orang yang mengantarnya ke kantor," katanya.

Edwards mengatakan dia menunggu kemajuan dalam bantuan ekonomi Covid-19, peradilan pidana dan pemungutan suara serta reformasi pemilihan.

Bagi mereka yang berhaluan lebih kiri, Harris mungkin akan disalahkan atas kekurangan yang dirasakan di sini, dan di tempat lain dalam agenda progresif mereka.

Dan laporan bahwa Biden tidak akan mencalonkan diri kembali akan berarti tindakan penyeimbangan bagi Harris - bagaimana tetap menjadi pembantu setia Biden sambil juga merencanakan pencalonannya sendiri.

Apa saja potensi jebakannya?

Pertama, penting bagi publik Amerika untuk melihat wakil presiden sebagai orang yang kompeten, dan mampu mengambil kendali sebagai panglima tertinggi kapan saja.

Akan tetapi, hal ini tidak selalu menjadi akar masalah. Wakil presiden pada masa pemerintahan George Bush, Dan Quayle, misalnya, "tidak dipandang sebagai orang yang cerdas," kata Perry.

Kesan itu kian kuat dalam sebuah kunjungan ke sekolah dasar. Seorang siswa dipanggil untuk menulis kata 'kentang' (potato) di papan tulis.

"Siswa itu menulis 'kentang' dengan benar," ujar Perry.

Tapi Wakil Presiden Quayle menyelanya, mengatakan kata itu memerlukan huruf E di akhir kata.

Seorang wakil presiden juga harus menghindari sisi buruk bosnya.

Segera setelah pemilihannya pada 1828, presiden AS kala itu, Andrew Jackson, menjadi tidak menyukai Wakil Presiden John Calhoun.

Keduanya berbeda pandangan dalam hal kebijakan dan kancah sosial Washington.

Sikap antipati antara keduanya berkembang kuat sehingga Calhoun menjadi wakil presiden pertama dalam sejarah AS yang mengundurkan diri.

Betapapun, gelar wakil presiden dengan kesalahan terburuk mungkin ada di tangah wakil presiden ketiga AS, Aaron Burr.

Kala menjabat, Burr menembak dan membunuh saingannya, tokoh kemerdekaan AS Alexander Hamilton, dalam sebuah duel.

Kejadian itu merusak reputasinya, tapi Burr tetap menuntaskan masa jabatannya, terbebas dari proses hukum.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI