Suara.com - Ketua Perhimpunan Ahli Epidemiologi Indonesia Cabang Provinsi Sumatera Barat Defriman Djafri mengatakan kemungkinan terjadi mutasi virus corona sangat besar ketika semakin banyak kasus terinfeksi muncul.
"Mutasi virus dengan varian baru ini berkaitan dengan jumlah kasus. Semakin banyak peningkatan jumlah kasus, kemungkinan terjadi mutasi sangat besar peluangnya," kata Defriman, Senin (18/1/2021).
Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Andalas menuturkan SARS-CoV-2 sangat cepat menular dari orang ke orang jika mobilitas orang dan protokol kesehatan tidak dikontrol dengan baik.
Menurut dia, faktor perilaku inang (host) dari virus tersebut mempengaruhi mutasi dari virus. Inang dalam hal ini adalah manusia. Jika penularan banyak terjadi, maka sangat mungkin terjadi adanya varian baru ke depan.
Baca Juga: Benarkah Varian Baru Virus Corona di Brasil Lebih Mematikan? Ini Hasilnya!
Namun, jika penularan rendah maka kemungkinan terjadi mutasi sangat kecil.
"Inang dalam hal ini host (manusia), jadi memang perilaku manusia itu sendiri, dan tidak tertutup kemungkinan juga hewan (yang selama ini dilaporkan adalah kelelawar).
Jadi ibarat tempat numpang hidup, jika penularan tinggi, tentu virus berpindah-pindah atau menular di tempat inang yang baru. Dengan genetik yang berbeda-beda, ini juga akan menghasilkan varian-varian baru," ujarnya.
Sebelumnya, Defriman mengatakan mutasi virus corona sangat mungkin terjadi juga di Indonesia.
Defriman menuturkan mutasi jenis strain baru dari virus Corona, SARS-CoV-2, penyebab COVID-19 menjadi ancaman nyata di mana telah dilaporkan di 18 negara, dan lima negara di antaranya terdapat di Asia yang mencakup Malaysia, Singapura, Jepang, Korea Selatan dan Yordania saat ini.
Baca Juga: Varian Baru Virus Corona, Pasien Alami Gejala Sariawan Hingga Ruam Kulit