Suara.com - Perdana Menteri Belanda, Mark Rutte mengundurkan diri pada hari Jumat setelah tersandung skandal pembagian tunjangan anak pada warganya. Menyadur DW, Sabtu (16/01), Rutte mundur bersama beberapa politisi lainnya.
Kantor pajak Belanda telah menuduh ribuan keluarga melakukan kecurangan saat mengklaim dana tunjangan anak antara tahun 2013 hingga 2019.
Mereka kemudian dituntut untuk mengembalikan dana bernilai fantastis tersebut hingga banyak keluarga yang bangkrut dan mengalami perceraian karena kasus ini.
Selama ini, pemerintah Belanda menganggarkan dana tunjangan anak hingga 30 ribu euro yang setara Rp 510 juta per anak pada 10 ribu keluarga.
Baca Juga: Kuliah Gratis S1-S3! Beasiswa Turki Dapat Tunjangan Bulanan, Cek Syaratnya
Parlemen menyebut tuntutan ini tak adil karena keluarga-keluarga itu dipaksa mengembalikan dana tunjangan tanpa diberi kesempatan untuk membuktikan dirinya tak bersalah.
Rutte, yang menjadi perdana menteri sejak 2010, menggambarkan episode itu sebagai "hal yang memalukan."
Roger Derikx dari Hoofddorp, adalah salah satu keluarga yang menjadi korban. Koki sekaligus ayah dari dua anak ini diminta untuk mengembalikan uang tunjangan 60 ribu euro atau sekitar Rp 1 miliar.
"Ini adalah salah satu alasan saya bercerai," katanya pada DW. "Kantor pajak sangat berkuasa. Tanpa menghadap hakim, mereka membuatmu bangkrut."
"Mereka datang ke rumah dan mengambil kulkas, mereka mengambil mobil, mereka mengambil 40% dari gaji saya," katanya. Anak Derikx berusia 14 dan 17 tahun mengatakan pengalaman ini membuat keluarganya menjadi kacau.
Baca Juga: Punya Tiga Anak di Kota Ini Bisa Dapat Tunjangan Rp1,3 Miliar, Siapa Mau?
Meskipun Mark Rutte mengundurkan diri bersama jajarannya, mereka masih aktif di pemeritahan sebagai pengurus hingga bulan Maret.