Suara.com - Belasan petugas polisi yang bertugas saat insiden kerusuhan di Gedung Capitol Amerika Serikat diberhentikan dan setidaknya 10 lainnya sedang diselidiki.
Menyadur Sky News, Rabu (13/1/2021) seorang polisi diberhentikan sementera setelah terungkap melakukan swafoto dengan sejumlah demonstran saat insiden kerusuhan di gedung DPR Amerika Serikat tersebut.
Petugas lain yang untuk sementara dicabut dari keanggotaan setelah terlihat mengenakan topi bertuliskan Make America Great Again selama kerusuhan dan mengarahkan para demonstran, menurut Tim Ryan dari Partai Demokrat.
"Poin utamanya adalah Polisi Capitol melihat semua orang yang terlibat yang berpotensi memfasilitasi pada tingkat besar atau kecil." ujar Ryan. Ia menambahkan bahwa antara 10-15 petugas lainnya sedang diselidiki.
Baca Juga: Terancam Digusur, 30 Warga Aspol Beskalan Mengadu ke Wali Kota Solo
Penjabat Kepala Polisi Capitol AS (USCP), Yogananda Pittman, mengatakan penangguhan itu adalah bagian dari penyelidikan internal atas apa yang terjadi.
"Departemen ini sepenuhnya terlibat dengan mitra penegakan hukum kami di seluruh Wilayah Ibu Kota Nasional di tingkat Federal, negara bagian, dan lokal," katanya.
"Departemen juga secara aktif meninjau video dan sumber terbuka lainnya dari beberapa pejabat dan pejabat USCP yang tampaknya melanggar peraturan dan kebijakan Departemen," sambungnya.
Pittman juga mengatakan jika para petugas tersebut sedang diselidiki oleh Kantor Tanggung Jawab Profesional untuk memutuskan tindakan disipliner, hingga, dan termasuk, pemutusan hubungan kerja.
Pittman mengambil alih Kepolisian Capitol setelah Steven Sund mengundurkan diri sebagai kepala pasca kerusuhan dengan tekanan dari Ketua DPR Nancy Pelosi.
Baca Juga: Pakai Pelat Nomor Nyeleneh 'L UNAS PAK', Pemotor Ini Diberhentikan Polisi
Seorang petugas polisi meninggal karena luka-luka yang diderita saat kerusuhan tersebut dan seorang demonstran wanita tertembak saat kerusuhan tersebut. Tiga lainnya tewas saat penanganan medis.
Setidaknya 25 kasus terorisme domestik telah dibuka setelah insiden yang terjadi di salah satu bangunan ikonik Kota Washington tersebut ditutup untuk umum.
Sementara itu, FBI telah memperingatkan bahwa adanya rencana aksi protes bersenjata di 50 negara bagian menjelang pelantikan Presiden Terpilih Joe Biden pada 20 Januari.
"FBI menerima informasi tentang kelompok bersenjata yang diidentifikasi berniat melakukan perjalanan ke Washington DC pada 16 Januari," bunyi buletin yang pertama kali diwartakan ABC News, Selasa (12/1/2021).
FBI juga menerima informasi bahwa sebuah kelompok yang akan menyerbu gedung pengadilan dan gedung administrasi negara bagian, lokal dan federal, jika Presiden Donald Trump dicopot dari jabatannya sebelum Inauguration Day.
"Mereka telah memperingatkan bahwa jika Kongres mencoba untuk menghapus POTUS melalui Amandemen ke-25, pemberontakan besar akan terjadi." sebutnya.
Kelompok itu juga berencana untuk menyerbu kantor-kantor pemerintah di setiap negara bagian pada hari pelantikan Joe Biden, terlepas dari apakah negara bagian tersebut memberikan suara elektoral untuk Biden atau Trump.