Mahasiswa Indonesia Korban Tabrak Lari di Shaanxi Dikubur di China

Siswanto Suara.Com
Kamis, 07 Januari 2021 | 14:02 WIB
Mahasiswa Indonesia Korban Tabrak Lari di Shaanxi Dikubur di China
Mobil ambulans milik pengurus masjid di Xianyang, Provinsi Shaanxi, China, setelah menurunkan jenazah pelajar Indonesia akibat tabrak lari untuk dishalati dan dimakamkan pada Kamis (7/1/2021). (ANTARA/HO-KBRI Beijing/mii)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Alumni salah satu pondok pesantren di Paiton, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur, yang meninggal dunia akibat tabrak lari di Kota Xianyang, Provinsi Shaanxi, China, dimakamkan secara Islami di kompleks pekuburan masjid setempat, Kamis siang.

"Pemakaman ini lebih cepat karena kedua orang tua korban sudah menyetujui untuk dimakamkan secara Islami dan menerima tawaran imam masjid di Xianyang," kata Atase Pendidikan dan Kebudayaan KBRI Beijing Yaya Sutarya.

M. Rendra Sampurna Wijayadi (21), alumni PP Mambaul Ulum, Paiton, yang sedang menempuh pendidikan S1 Jurusan Teknik Elektronik di Shaanxi Polytechnic Institute, Xianyang, meninggal dunia pada Selasa (5/1) sore di rumah sakit setempat akibat luka parah setelah ditabrak mobil pada 30 Desember 2020 dini hari.

Hatim, orang tua korban, yang tinggal di Desa Sukodadi, Kecamatan Paiton, meminta jenazah anaknya dibawa pulang.

Namun mengingat situasi pandemi dan proses pengiriman jenazah ke Indonesia yang memakan waktu paling cepat tiga pekan, akhirnya Hatim bersedia menerima tawaran dari pihak masjid di Xianyang yang bersedia memberikan lahannya untuk pemakaman jenazah Rendra.

"Rendra dimakamkan di kompleks pemakaman masjid. Di sana ada makam tokoh Islam dan warga Muslim setempat," kata Yaya.

Pengelola masjid, menurut dia, mengajukan penawaran tersebut karena korban juga dikenal aktif beribadah di masjid itu bersama beberapa pelajar dari Indonesia lainnya.

Pengelola rumah sakit dan pemerintah di Xianyang juga mengaku kesulitan mengurus jenazah warga negara asing karena peristiwa tersebut baru pertama kali terjadi dalam 40 tahun terakhir.

"Empat puluh tahun yang lalu pemerintah sana pernah mendapati mahasiswa asing yang meninggal saat mendaki gunung. Dan, baru kali ini ada kasus orang asing meninggal sehingga para staf rumah sakit dan pemerintah tidak punya pengalaman mengirimkan jenazah ke luar negeri. Pada saat itulah, muncul tawaran dari pihak masjid yang langsung kami sampaikan kepada orang tua Rendra," ujar Atdikbud.

Baca Juga: Dugaan Tabrak Lari di Bantul, Remaja Asal Gunungkidul Terancam Diamputasi

Peristiwa naas bermula saat Rendra bersama teman sekampus yang sama-sama berasal dari Paiton, Faiq Iqbal Ainun Taufiq (20), mencari makan setelah mengerjakan tugas-tugas kuliah pada 30 Desember 2020 dini hari.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI