Suara.com - Dua pria - bapak dan menantu - yang ditembak mati polisi dalam penggerebekan tempat persembunyian di Makassar, Sulawesi Selatan, membantu mendanai pengeboman gereja di Jolo, Filipina, pada 2019, menurut polisi.
Kepala Bagian Penerangan Umum Ahmad Ramadhan mengatakan dalam penindakan yang melibatkan Densus 88 di satu perumahan, "20 orang teroris ditangkap, 17 orang diamankan, satu orang mengalami luka tembak... sementara dua orang meninggal."
"Keduanya terlibat dalam mengirim uang ke para pengebom gereja di Jolo, FIlipina," kata Ahmad tanpa merinci lebih lanjut.
Pada 2015, keduanya merupakan bagian dari ratusan orang yang dibaiat ISIS. Pada 2016, bersama keluarga, mereka mencoba pindah ke Suriah namun dicegat di bandara Soekarno-Hatta.
Baca Juga: Densus 88 Tangkap Tukang Servis AC di Gowa, Terduga Teroris
"Mulai bulan Oktober 2020 (keduanya) secara rutin lakukan latihan menembak dan naik gunung," kata Ahmad.
Para tersangka, menurut Ahmad, juga turut membantu buronan Andi Baso yang turut beraksi dengan mengebom Gereja Oikumene, Samarinda beberapa tahun lalu.
- Militer umumkan identitas dua perempuan janda milisi yang lakukan serangan bunuh diri di Filipina
- 'Pasangan suami istri Indonesia' disebut sebagai pelaku bom bunuh diri serangan gereja di Jolo, Filipina
- Pengakuan napi terorisme yang 'menolak' ikut baiat ISIS: 'Saya was-was sekali, kalau lengah, bisa lewat'
Sementara itu, Kapolres Makassar Witnu Urip Laksana mengatakan hasil penyelidikan sementara dua orang ini merupakan jaringan kelompok Jamaah Ansharut Daulah yang terlibat kasus pengeboman Gereja di pulau Jolo, Filipina. JAD disebut kelompok militan terkait ISIS.
"Hasil sementara kedua pelaku ini merupakan jaringan kelompok JAD Sulsel yang punya keterkaitan dan keterlibatan kasus pengeboman Gereja di Jolo Filifina," kata dia.
Pihak berwenang Filipina telah menyimpulkan bahwa serangan gereja di pulau Jolo pada Januari 2019 merupakan bom bunuh diri oleh dua orang warga Indonesia.
Baca Juga: Penjual Bubur di Kota Makassar Diduga Terpapar Terorisme
Disebutkan aksi serangan bom bunuh diri ini didukung faksi dari kelompok Abu Sayyaf yang mendukung ISIS.
Dalam operasi di sebuah perumahan di Makassar, menurut Witnu Urip Laksana, menyebabkan baku tembak, yang mengakibatkan dua orang terduga kelompok militan.
"Ada dua orang pelaku yang dilakukan tindakan tegas dan terukur, yang inisial MR dan SA," kata Witnu Urip Laksana di Makassar, seperti dilaporkan wartawan di Makassar, Darul Amri, untuk BBC News Indonesia.
"Karena melakukan perlawanan pada saat dilakukan upaya paksa. Dua pelaku ini meninggal dunia," kata Witnu.
Serangan bom di Jolo, Filipina tahun 2019 menyebabkan lebih dari 20 orang meninggal dalam serangan itu, dan lebih dari 100 orang terluka.
Serangan bom ini merupakan salah satu pemboman bunuh diri yang pertama dan sejauh ini paling mematikan di Filipina.
Secara terpisah, Kapolda Sulsel, Irjen Pol Merdi Syam menyebutkan, dua terduga teroris yang tewas ditembak tim Densus 88 anti-teror merupakan jaringan Jamaah Ansharut Daulah yang memiliki afiliasi dengan kelompok ISIS di Suriah.
Baiat kepada ISIS
"Ini telah dilakukan upaya hukum dengan penangkapan terhadap jaringan teror pendukung khilafah ISIS. Keterlibatan dari dua orang yang meninggal ini melakukan perlawanan," kata Irjen Merdy Syam kepada wartawan di Makassar, Rabu (06/01).
Merdy mengungkapkan, kedua tersangka bersama dengan jaringannya yang terpusat di Villa Mutiara, Makassar, merupakan jaringan JAD.
Kedua pelaku bersama dengan ratusan jamaah lainnya menyatakan baiat pada khilafah atau ISIS pada tahun 2015 silam.
"Jadi mereka menyatakan baiat pada ISIS atau khilafah pada 2015 di Pondok pesantren Aridho pimpinan ustad Basri, ustad ini meninggal di Nusakambangan dalam kasus teror," kata Merdy.
Dijelaskan, jamaah Villa Mutiara dan Pesantren Aridho juga melakukan kajian khusus pendukung Daulah di tahun 2016.
Dari situ, para jamaah bersama keluarga bermaksud hijrah dan bergabung dengan organisasi ISIS di Suriah, tapi dapat dicegah atau dibatalkan di Bandara Soekarno-Hatta, katanya.
"Terlibat kemudian dalam pengiriman dana kepada pelaku bom bunuh diri di gereja Katedral Zolo di Filipina.
"Dimana pelaku merupakan kelompok jamaah villa mutiara dan mulai bulan oktober 2020 lalu secara rutin lakukan kegiatan menembak dan naik gunung atau IDAD," kata Merdy.