IDI Sebut Indonesia Sudah Terlambat Jika Mau Terapkan Lockdown

Selasa, 05 Januari 2021 | 16:29 WIB
IDI Sebut Indonesia Sudah Terlambat Jika Mau Terapkan Lockdown
Ilustrasi Covid-19 (Elements Envato)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Ketua Tim Mitigasi Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) Adib Khumaidi menyatakan bahwa kebijakan lockdown sudah terlambat jika ingin diterapkan saat ini di Indonesia.

Adib mengatakan kebijakan lockdown jauh lebih baik dilakukan pada awal pandemi terdeteksi, karena jika dilakukan sekarang karena kondisi sosial-ekonomi masyarakat sudah terpuruk.

"Kita sudah masuk di dalam kompleksitas problem, saat ini terjadi problem sosial-ekonomi, termasuk problem psikologi, bahkan ke arah problem politik. Sehingga kalau kita sampaikan bahwa kita mengusulkan lockdown saya yakin itu tidak akan efektif, karena negara akan sulit memaksa masyarakatnya untuk kembali lagi stay at home, tidak boleh beraktivitas itu akan sulit," kata Adib dalam diskusi Kelas Umum Pandemi LaporCovid19, Selasa (5/1/2021).

Dia menyebut hal yang harus dilakukan Pemerintah saat ini adalah pengawasan yang ketat. Kemudian masyarakat juga harus berubah lebih disiplin menerapkan protokol kesehatan 3M (Memakai Masker, Menjaga Jarak, dan Mencuci Tangan).

Baca Juga: Hari Ini, 7.445 Warga Indonesia Terpapar Covid-19, 198 Orang Meninggal

"Kalau tidak diawasi ya sama saja, kita juga 'memaksa' untuk masyarakat mematuhi protokol 3M, ini yang saya kira bisa kita lakukan sambil kemudian mengupayakan ada aturan harus ada petugas memang yang khusus melakukan pengawasan," tegasnya.

Pemerintah juga tidak cukup menyelesaikan masalah perawatan pasien Covid-19 hanya dengan mengalokasikan penambahan tempat tidur, melainkan dengan peningkatan testing, tracing, dan treatment, serta mengubah perilaku masyarakat.

Sebagai informasi, pandemi Covid-19 telah menginfeksi 772.103 orang di Indonesia sejak Maret 2020, 110.089 di antaranya masih dalam perawatan, 639.103 orang sembuh, dan 22.911 jiwa meninggal dunia.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI