Hilang Usai Kritik RRC, Jack Ma Diusulkan Pindah Kewarganegaraan Jadi WNI

Selasa, 05 Januari 2021 | 12:39 WIB
Hilang Usai Kritik RRC, Jack Ma Diusulkan Pindah Kewarganegaraan Jadi WNI
Mantan CEO Alibaba Group, Jack Ma. [STR/AFP]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Eks Ketua Mahkamah Konstitusi Jimly Asshiddiqie menyarankan pemerintah Indonesia menawarkan status kewarganegaraan kepada miliarder asal China, Jack Ma.

Pasalnya, Jack Ma dikabarkan menghilang selama dua bulan terakhir usai mengkritik pemerintahan RRC yang berada di bawah kepemimpinan Presiden Xi Jinping.

Melalui akun Twitter miliknya @jimlyas, anggota DPD RI itu menyarankan negara-negara dunia bisa membantu Jack Ma dengan menawarkan status kewarganegaraan, termasuk Indonesia.

"Baik juga jika dunia akal sehat bisa bantu selamatkan dan mesti ada negara yang tawarkan status bila perlu jadi warga negara," kata Jimly seperti dikutip Suara.com, Selasa (5/1/2021).

Baca Juga: Profil Jack Ma, Mantan Guru Bahasa Inggris Jadi Orang Terkaya di China

Menurut Jimly, jika pemerintah Indonesia siap maka Indonesia bisa menawarkan status kewarganegaraan kepada Jack Ma agar menjadi Warga Negara Indonesia.

"Kalau kita siap, WNI juga ok," ungkap Jimly.

Jimly berharap, Jack Ma dalam kondisi baik-baik saja meskipun ia dikabarkan menghilang dari publik selama dua bulan terakhir.

"Ada berita hilangnya Jack Ma dari publik selama bulan-bulan terakhir setelah beredar berita tentang kritiknya terhadap pemerintahan RRC. Semoga tidak apa-apa," tutur Jimly.

Jimly Asshiddiqie usul Jack Ma pindah kewarganegaraan (Twitter/jimlyas)
Jimly Asshiddiqie usul Jack Ma pindah kewarganegaraan (Twitter/jimlyas)

Jack Ma Menghilang

Baca Juga: Dua Bulan Tidak Muncul di Depan Publik, Spekulasi Jack Ma "Hilang" Muncul

Mantan CEO Alibaba Group, Jack Ma, dilaporkan tidak terlihat di publik selama lebih dari dua bulan, setelah mengkritik regulator keuangan negara dan bank-bank milik negara secara blak-blakan, dalam pidatonya di Shanghai pada Oktober lalu.

Miliarder teknologi asal China itu menyerukan reformasi sistem yang menahan inovasi bisnis dan menyamakan peraturan perbankan global dengan "klub orang tua".

Pidato tersebut membuat marah pemerintah China, yang memandang kritikannya sebagai serangan terhadap otoritas Partai Komunis dan menyebabkan tindakan keras terhadap kegiatan bisnis Ma.

Pada November, para pejabat Beijing menangguhkan penawaran umum perdana senilai 37 miliar dolar AS dari Ant Group miliknya atas perintah langsung Presiden Xi Jinping.

Menurut Bloomberg, para pejabat menyarankan Ma untuk tetap di China sebelum meluncurkan penyelidikan anti-monopoli ke dalam Alibaba Group Holding pada malam Natal. Beijing juga memerintahkan perusahaan teknologi keuangan Ma, Ant Group untuk mengurangi operasinya.

Ma kemudian secara misterius menghilang dari acara TV Africa's Business Heroes sebelum final November dan fotonya juga dihapus dari halaman web panel penjurian acara.

Seorang juru bicara Alibaba mengatakan bahwa Ma tidak bisa lagi menjadi bagian dari panel juri karena "masalah jadwal".

Namun beberapa minggu sebelum acara final, Ma sempat mengunggah cuitan bahwa ia tidak sabar untuk bertemu kontestan.

Tidak ada aktivitas sejak saat itu di akun Twitter Ma, yang secara teratur umumnya mengirim beberapa cuitan setiap hari.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI