Suara.com - Pasokan bahan kebutuhan pokok, yakni tahu dan tempe kini kembali normal di pasar tradisional setelah sebelumnya mengalami kelangkaan di awal tahun 2021. Sebelumnya banyak keluhan dari pedagang seputar kelangkaan tahu dan tempe tersebut.
Kelangkaan ini diakibatkan karna melonjaknya harga kedelai, yang mengakibatkan banyak pabrik menghentikan produksi tahu dan tempe.
Terkait hal itu, Suara.com mencoba memantau langsung terkait keberadaan tahu dan tempe di beberapa pasar tradisional di kawasan Depok, Jawa Barat, Selasa (5/1/2021).
Dari hasil pantauan tersebut, pasokan tahu dan tempe sudah di pasar terlihat kembali normal.
Baca Juga: Setelah Langka di Pasaran, Perajin Tahu dan Tempe Mulai Produksi
Samino, salah satu pedagang di Pasar Kemiri Muka, Depok mengaku kekinian sudah bisa berjualan tahu dan tempe yang sempat langka.
“Iya hari ini udah mulai normal kayanya, ini baru aja habis tahu sama tempenya. Kemarin emang sempat langka, tapi udah normal kok” ujar Samino saat ditemui Suara.com.
Namun, Samino menduga alasan bahan pokok itu sempat mengalami kelangkaaan karena libur tahun baru.
“Gak tahu deh itu gara-gara impor, tapi sepengetahuan saya karena ada libur tahun baru aja. Kalau misalkan saya bilang iya karena impor takut salah, soalnya ya karena libur aja,” ujarnya.
Berbeda dengan Samino, Ronten, pedagang lain menganggap bahwa kelangkaan tahu dan tempe disebabkan karena melonjaknya harga kedelai, yang akhirnya membuat banyak pabrik berhenti beroperasi.
Baca Juga: Dilema Perajin Tahu Tempe dari Perkecil Ukuran Sampai Naikan Harga
“Iya kan harga kedelainya mahal, jadi banyak tuh pabriknya istirahat. Udah biasa itu kalau harga kedelai naik, pabriknya berhenti dulu. Kemarin daging juga gitu kok” tutur Ronten.
Mogok Produksi
Sebelumnya, aksi mogok produksi yang dilakukan perajin tahu dan tempe wilayah Jakarta, Bogor, Tangerang, Depok, dan Bekasi berlangsung sejak Kamis (31/12/2020). Aksi yang dipicu naiknya harga kedelai, akan berakhir pada Minggu (3/1/2021).
Ketua Bidang Hukum Sedulur Pengrajin Tahu Indonesia Fajri Safii dalam keterangan tertulis, Sabtu (2/1/2020) mengatakan aksi mogok produksi tersebut terpaksa dilakukan mengingat harga kedelai naik hingga 35 persen.
Menurut dia, saat ini lonjakan harga kedelai mencapai kisaran Rp9.000 sampai Rp10.000. Sedangkan, harga kedelai pada bulan lalu, ungkapnya, hanya di kisaran Rp7.000 sampai Rp7.500.
"Kenaikan harga kedelai sebesar itu menyebabkan para pengrajin tahu mogok produksi karena tidak sanggup lagi membeli kedelai," kata Fajri Safii.
Harga Kedelai Dunia Naik
Sekretaris Jenderal Kementerian Perdagangan Suhanto menerangkan bahwa harga kedelai dunia meningkat dikarenakan melonjaknya permintaan kedelai dari Tiongkok kepada Amerika Serikat sebagai eksportir terbesar.
Tiongkok melakukan permintaan kedelai dua kali lipat dari 15 juta ton menjadi 30 juga ton pada Desember 2020. Permintaan tersebut mengakibatkan berkurangnya kontainer di beberapa pelabuhan Amerika Serikat,
seperti di Los Angeles, Long Beach, dan Savannah yang juga berimbas kepada pasokan untuk negara importir termasuk Indonesia.
"Untuk itu perlu dilakukan antisipasi pasokan kedelai oleh para importir karena stok saat ini tidak dapat segera ditambah mengingat kondisi harga dunia dan pengapalan yang terbatas," kata Suhanto dalam keterangan tertulisnya yang dikutip Suara.com, Senin (4/1/2021).
Kata Suhanto, penyesuaian harga yang dimaksud secara psikologis diperkirakan akan berdampak pada harga di tingkat importir pada Desember 2020 sampai beberapa bulan mendatang.
Lebih lanjut, Suhanto menerangkan bahwa harga kedelai dunia tercatat mencapai USD 12,95/bushels pada Desember 2020. Harga tersebut naik 9 persen dari bulan sebelumnya.
Bahkan berdasarkan data dari The Food and Agriculture Organization (FAO), harga rata-rata kedelai pada Desember 2020 tercatat sebesar USD 461/ton atau naik 6 persen dibanding bulan sebelumnya yang tercatat USD 435/ton.
Suhanto mengatakan bahwa pihaknya telah melakukan koordinasi dengan Gabungan Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia (Gakoptindo) untuk menyesuaikan harga tahu dan tempe dengan harga kedelai impor. Adapun harga kedelai impor di tingkat perajin mengalami penyesuaian dari Rp 9.000/kg pada November 2020 menjadi Rp 9.300-9.500/kg pada Desember 2020 atau sekitar 3,33-5,56 persen.
"Kementerian Perdagangan terus mendukung industri tahu-tempe Indonesia. Dengan penyesuaian harga, diharapkan masyarakat akan tetap dapat mengonsumsi tahu dan tempe yang diproduksi oleh perajin." (Anggie Rizki Govaldi)