Suara.com - Pemerintah Indonesia diketahui telah membuat peta jalan untuk vaksinasi Covid-19 di Indonesia. Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyebut gelombang vaksinasi pertama akan dimulai pada periode Januari hingga April 2021.
Untuk gelombang tersebut yang akan mendapat vaksinasi ialah petugas kesehatan di 34 provinsi yang berjumlah 1,3 juta, petugas publik 17,4 juta dan juga lansia 21,5 juta. Untuk lansia, vaksinasi diberikan dengan catatan bahwa umur 60 tahun ke atas akan divaksinasi setelah mendapatkan informasi keamanan vaksin untuk kelompok umur tersebut.
Pernyataan tersebut Menkes sampaikan dalam keterangan persnya di Kantor Presiden pada Selasa (29/12/2020) lalu.
Mengetahui hal itu, sejumlah masyarakat turut senang karena akan adanya vaksinasi. Namun, tak sedikit pula yang menolak vaksin dengan berbagai macam alasan.
Baca Juga: Viral Dekorasi Pesta Nikah di Gang Sempit, Tetangganya Bikin Publik Iri
Melihat fenomena itu, Tirta Mandira Hudhi atau dokter Tirta memberikan tanggapannya di akun Twitter miliknya. Ia menyoroti sikap masyarakat khususnya anak muda yang vokal menolak disuntikan vaksin Covid-19.
"Melihat anak-anak muda yang menolak vaksin, yang hobinya menghina yang edukasi vaksin. Menurut saya, itu enggak lebih dari anak muda edgy yang ingin tampil superior," ujar akun @tirta_hudhi pada Senin (4/1/2021) pagi.
Relawan Covid-19 ini bahkan menyuruh sekelompok anak muda tersebut untuk mencari tahu terlebih dahulu sejarah vaksin di Indonesia lewat google.
"Soal vaksin, padahal tinggal google aja bakal nemu historynya di Indonesia," ujarnya kesal.
Dalam utasannya itu, Tirta juga melampirkan tangkapan layar soal sejarah vaksin di Indonesia.
Baca Juga: Aksi Pembegalan di Masjid Terekam CCTV, Warganet: Masuk Neraka Jalur VVIP!
Dijelaskan dalam foto tersebut bahwa vaksin di Indonesia sendiri telah dimulai sejak tahun 1956, untuk vaksinasi cacar. Pemberian vaksin diakui sebagai salah satu upaya pencegahan yang efektif untuk memerangi suatu wabah penyakit.
Di akhir utasannya itu, Tirta juga menyertakan sebuah foto dari laman Kementrian Kesehatan yang berisi edukasi vaksin di Indonesia.
"Di sini juga ada. Kalau mau edgy setidaknya melek literasi dikit-dikitlah. Giliran urusan bokep aja bisa jadi satu. Minta bagi link. Set dah," tuturnya tak percaya.
Alhasil, unggahan dokter Tirta pun memanen beragam komentar warganet.
"Sepertinya anak-anak muda yang itu enggak suka baca yang ilmiah dok. Mungkin menurutnya enggak keren, membebani software-nya, mumetan," ujar akun @priharsa.
"Mungkin penolakan vaksin karena pemerintah kurang mensosialisasikan vaksinasi dan kegagalan pemerintah dalam mengkomunikasikan dengan warganya," terang akun @ichfan98.
"Tapi kalau menolak salah satu produk vaksin boleh enggak sih dok? Misal, saya dapat jatah vaksin A tapi saya lebih yakin sama vaksin B dan enggak mau kalau divaksin A," tanya akun @CibadakKeras.
"Monggo aja. Tapi enggak perlu menghina yang edukasi," jawab dokter Tirta.
"Silahkan kalau enggak mau divaksin, tapi kalau kena corona jangan nyusahin minta dirawat difasilitas pemerintah atau minta obat, atau kalau mati bisa nguburin diri sendiri, atau sudah mati keluarga lu jangan ngeklaim asuransi jiwanya," tutur akun @duuuuuuta.