Suara.com - Nama Togu Simorangkir mungkin tak begitu asing di telinga sejumlah orang, apalagi di sejumlah komunitas sosial.
Laki-laki kelahiran 26 November 1976 ini, dikenal sebagai pendiri Yayasan Alusi Tao Toba, gerakan yang memberi pendidikan kepada masyarakat, khususnya anak-anak di sekitaran Danau Toba.
Kini Yayasan Alusi Tao Toba ia serahkan kepada generasi yang lebih muda.
Walau begitu Togu tetap terus berkarya dan bergerak. Lewat Togu Simorangkir Initiatives, ia saat ini sibuk mengurusi orang-orang dengan gangguan jiwa serta para tunawisma yang terlantar di jalan-jalan, melalui Rumah Langit.
Baca Juga: EKSKLUSIF: Belajar Kehidupan dari Sosok Togu Simorangkir (Part 3-Selesai)
Sikap murah hati dan suka berbagi Togu bukan semata-mata begitu saja ada. Togu mendapatkan hal tersebut dari dua sosok yang begitu ia kagumi dan sangat menginspirasinya sejak dulu, yakni ayah dan ibu.
"Sebenarnya kita dibentuk oleh lingkungan terkecil. Lingkungan terkecil itu adalah keluarga. Aku bisa seperti saat ini karena aku melihat sosok seperti ibu saya. Mamak itu bidan desa. Dia banyak menolong orang partus [bahasa Batak yang artinya melahirkan: RED), melahirkan tapi tidak berbayar karena memang orang-orang di desa tidak punya uang," jelas Togu ekslusif saat wawancara bersama kontributor Suara.com Rin Hindryati.
Tak hanya ibu, Togu juga begitu mengagumi ayahnya yang memiliki jiwa sosial begitu tinggi. Maka tak heran Togu selalu mengutamakan orang yang susah dibanding dirinya.
"Bapak itu jiwa sosialnya sangat tinggi; jiwa pertemanannya sangat luar biasa. Jadi, hidup dia itu untuk teman dan untuk gereja. Jadi dia punya uang, diberikan semuanya untuk bangun gereja. Kadang kita juga berpikir, kok semua ke orang lain, ke orang lain, ke orang lain," terang Togu.
Namun, seperti anak pada umumnya tak jarang Togu sedikit melawan orangtuanya. Hingga akhirnya Togu dikirim bersekolah di Jakarta oleh ibunya.
Baca Juga: EKSKLUSIF: Panggilan Hati Togu, Mendirikan Rumah Langit untuk ODGJ (Part 2)
Walaupun begitu, Togu sedikit demi sedikit berubah. Dia bertemu dengan teman-teman di bangku perkuliahan dan mulai bergerak di kegiatan sosial, yakni mengurus orang utan.
"Mulai kuliah di Unas (Universitas Nasional, Jakarta) Fakultas Biologi, bertemu dengan teman-teman, maka terciptalah bentukan teman-teman di Unas, akhirnya mulailah di kegiatan-kegiatan Civil Society. Akhirnya sempat ngurusin orang utan 12 tahun, masuk hutan belantara, membangun literasi di pedalaman Kalimantan Tengah," cerita Togu.
Sampai akhirnya Togu memutuskan pulang untuk menemani ibunya yang sendirian. Selain itu ia merasa sudah waktunya untuk pulang dan membangun daerahnya sendiri.
Kini sosok yang menerima Anugerah Kick Andy Heroes 2019 itu telah meluncurkan gerakan Ratu Gadis (Rakyat Bantu Tenaga Medis COVID-19) dan Beka Manise (Berikan Kami Makanan Hari Ini Secukupnya) di bawah Togu Simorangkir Inisiative.
Hal tersebut dia buat bersama relawan lainnya guna meringankan beban masyarakat kurang mampu.