Suara.com - Perusahaan Air Minum (PAM) Jaya, selaku BUMD DKI yang menyediakan air minum perpipaan mengakui masih belum bisa menjangkau seluruh wilayah ibu kota di akhir tahun 2020. Beragam cara bakal dicoba ke depannya untuk menambah jangkauan.
Direktur Utama PAM Jaya, Bambang Hernowo mengatakan ketergantungan terhadap air curah maupun air baku di Ibu Kota selama ini berasal dari luar Jakarta. Stok air yang digunakan di Jakarta sebagian besar berasal dari luar Jakarta.
Rinciannya, dari kawasan Jatiluhur sebesar 82 persen, Tangerang 12 persen, sementara di DKI sendiri hanya 6 persen.
Lalu kemampuan pihaknya, secara kapasitas PAM Jaya memiliki 20.727,5 liter per second (LPS). Panjang pipa 11.900 km. Lalu total pelanggan PAM Jaya di bulan Oktober adalah 888.342.
Baca Juga: Tambah 1.466, Kasus Covid-19 di DKI Jakarta Capai 164.577 Orang
"Dengan jumlah pelanggan ini, coverage kita masih di angka 65 persen," ujar Bambang dalam keterangan tertulis, Kamis (24/12/2020).
Bambang mengatakan, sebenarnya PAM Jaya memiliki target cakupan 100 persen. Untuk bisa memenuhinya, disiapkan lima inisiatif demi memastikan keberlanjutan air di Jakarta.
Cara pertama, kata Bambang, adalah dengan menambah pasokan air baku. Caranya dengan menambah water tereatment plant (WTP) PAM Jaya.
WTP itu terdiri dari SPAM Ciliwung sebanyak 200 LPS, SPAM hutan kota sebesar 500 LPS, SPAM Pesanggrahan sebesar 750 LPS, dan uprating di Buaran 3 sebanyak 3000 LPS.
"SPAM di hutan kota telah selesai. Lalu, untuk uprating di Buaran, kita punya lahan di Buaran yang bisa kita manfaatkan dan menaikkan 1000 LPS menjadi 4000 LPS di sana," kata Bambang.
Baca Juga: Enggak Sengaja Menelan Cacing dari Air Minum, Cewek Ini Justru Santuy
Lalu cara kedua adalah menambah pasokan air curah (SPAM regional) yang berasal dari kegiatan strategis nasional. Di antaranya adalah SPAM Jatiluhur 4.000 sebanyak LPS dan SPAM Karian sebanyak 3.200 LPS.
Selanjutnya, PAM Jaya juga sedang menuntaskan kebocoran air atau non revenue water (NRW). Cara yang dilakukan adalah rehabilitasi dan pernaikan layanan serta distribusi perpipaan, pencegahan jaringan pipa ilegal, meter replacement, dan district metered area.
"Kita harus menurunkan NRW supaya kita bisa menambah pasokan itu sendiri yang saat ini sudah ada ada airnya tapi terbuang," jelasnya.
Lalu yang keempat adalah pihaknya masih berupaya untuk menghemat air dengan memindahkan air tanah ke dalam air minum perpipaan. Dikhawatirkan aspek lingkungan jadi menjadi terganggu ketika terjadi ekstraksi air tanah secara besar besaran.
"Inilah peran PAM Jaya untuk bisa mengkonversi dengan menyediakan air perpipaan untuk menggantikan air tanah dalam yang ada sekarang," tuturnya.
Terakhir, Bambang menjelaskan perlu ada edukasi kepada warga soal penghematan air dan pemindahan dari air tanah dalam ke air minum perpipaan yang dilayani PAM Jaya. Menurutnya masyarakat harus sadar jika suatu daerah masih memiliki air tanah dengan kualitas bagus, tapi tidak ada jaminan kualitas tersebut dapat bertahan lama.
"Makanya kita edukasi ke warga agar jadi pelanggan PAM Jaya," kata dia.
Imbas Covid-19, kemampuan fiskal DKI tengah terkontraksi dan berdampak terhadap penyertaan modal daerah (PMD) PAM Jaya. Bambang mengakui pihaknya harus mencari sumber pendanaan secara kreatif untuk bisa mencapai 100 persen layanan.
"Total investasi yang kita butuhkan kurang lebih sebesar Rp27 triliun hingga Rp28 triliun untuk bisa mencapai 100 persen cakupan layanan, targetnya di tahun 2030," pungkasnya.