Suara.com - Mantan Presiden Abdurrahman Wahid alias Gus Dur, dikenal sebagai pemimpin yang kerap melanglang buana ke berbagai negara. Meski jabatannya singkat, puluhan negara ia sambangi dengan membawa eksistensi nama Indonesia di depan mata dunia.
Sebagai produk dari pesantren, Gus Dur juga terkenal dengan guyonan cerda dan berisi, yang sering membuat orang tertawa termasuk sejumlah pemimpin negara lain. Gus Dur selalu menggelorakan pluralisme di mana ia mampu merangkul bangsa Indonesia yang terdiri dari berbagai latar belakang agama, suku dan lainnya.
Uniknya meski mondar-mandir keliling dunia, Gus Dur yang terlahir dari kalangan NU justru tidak pernah mengunjungi kantor PWNU Bali, yang ada di tanah airnya sendiri.
Alasan di balik sikap Gus Dur akhirnya terjawab. Disadur dari aswajadewata.com, Gus Ainun Ni’am mengungkapkannya saat memberi testimoni Haul Gus Dur ke 10 di Ashram Gandhi Puri Denpasar pada Selasa (7/01/2020) lalu.
Baca Juga: 5 Daerah Wisata Bali Paling Tren Sepanjang 2020
Gus Niam menjelaskan, keengganan Gus Dur ini juga diceritakan oleh KH. Noor Hadi, Pengasuh Pondok Pesantren Raudlatul Huffadz Tabanan, yang juga Rois Syuriah PWNU Bali.
Menurut KH. Noor Hadi, sebagaimana disampaikan Gus Ni’am, saat di Bali Gus Dur lebih sering mendatangi Puri, Ashram, dan beberapa kali bertemu sejumlah tokoh di area Pura penting yang tersebar di Bali.
Sebaliknya, Gus Dur justru sangat jarang mendatangi Masjid dan Tokoh Muslim Bali.
Gus Ni’am dalam kesempatan itu membeberkan sebuah jawaban yang cukup mengejutkan ketika masyarakat Bali sangat respek dan menaruh hormat kepada Islam ala Nahdlatul Ulama.
Menurutnya, komunikasi yang dilakukan Gus Dur dengan para Tokoh Hindu Bali yang telah dibangun sejak lama itu, tidak lain untuk menitipkan umat Islam yang minoritas di Bali.
“Kita hari ini merasakan manfaatnya, ketika kita mengadakan kegiatan, selalu dipersilahkan bahkan dibantu oleh saudara saudara Hindu,” ungkap Gus Ni’am yang juga Ketua Rijalul Ansor Wilayah Bali.
Baca Juga: Uang Kantor Rp 94 Juta Raib, Wanita Ini Mengaku Hilang Tercecer di Jalan
Begitulah Gus Dur, selalu mengambil tindakan dengan proyeksi jauh ke depan. Kini, masyarakat Bali yang mayoritas beragama Hindu menjadikan Gus Dur sebagai panutan di tengah sentimen anti Islam.
Kalangan Nahdliyin kini dianggap sebagai saudara bagi Umat Hindu.
Gus Ni’am menambahkan, di Bali sering terdengar celetukan dari penduduk sana untuk mendeskripsikan Islam ala Gus Dur.
"Ooo. Islamnya Gus Dur ya," sebuah kalimat yang menandakan bahwa Gus Dur masih melekat meski telah 10 tahun tiada.