Suara.com - Anggota DPD asal Papua Barat, Filep Wamafma, mempertanyakan langkah TNI yang akan mengerahkan sekitar 4.850 prajurit untuk mengamankan Papua. Prajurit tersebut bakal dukerahkan menjelang perayaan Natal dan Tahun Baru.
Filep mengatakan pengerahan tersebut membseri isyarat kalau Papua tidak aman.
"Kedatangan tentara ini sesungguhnya memberi isyarat bahwa Papua tidak aman di saat Natal, adakah daerah lain di Indonesia yang dikirimkan pasukan tentara sebanyak itu? Jika damai Natal yang dicari, mengapa tentara harus dikirim? Natal Papua adalah Natal kedamaian," kata dia, di Jakarta, Rabu.
Ia mengatakan "wajah" Papua berseri-seri dalam keceriaan Natal pada Desember ini karena persaudaraan dipupuk kembali, persatuan ditanam kembali, pinang dan sirih menjadi hidangan pemersatu, lalu cerita tete-nene tentang darah dan air mata perjuangan mulai diwariskan dalam kegembiraan Natal.
Baca Juga: Natal Saat Pandemi, Coba Lakukan 5 Kegiatan Ini Agar Tetap Meriah!
Namun menurut dia, tiba-tiba masyarakat Papua dikejutkan dengan berita TNI akan mengerahkan ribuan prajurit untuk mengamankan Papua menjelang perayaan Natal.
Menurutnya pengiriman tentara ke Papua di saat Natal, mengindikasikan ketakutan pada hal tertentu. Ia juga menilai langkah itu sebagai mendaur-ulang militerisme dalam cara yang lebih halus.
Ia mengatakan, jangan lupa bahwa Natal 2020 dirayakan dalam situasi pandemi Covid-19, maka mengirimkan tentara dalam jumlah ribuan itu semakin menguatkan kesan Papua memang tidak aman.
Lebih lanjut, ia menilai pembangunan di Papua tidak akan bisa berjalan maksimal apabila ada pengerahan TNI berlebihan.
"Seharusnya Pemerintah mengubah citra semacam ini. Natal sesungguhnya adalah hari penuh sukacita damai sejahtera dan bukan sebaliknya hari penuh ketakutan," katanya. (Antara)
Baca Juga: Sambut Natal, Harry Maguire akan Sponsori Klub Masa Kecilnya