Jadi Calon Menag, Yahya Staquf Sempat ke Israel dan Tolak Tambang Semen
Ia digadang-gadang bakal menggantikan Fachrul Razi meski Kepala Sekretariat Presiden Heru Budi Hartono belum membocorkannya.
Suara.com - Gonjang-ganjing pemerintahan Presiden Joko Widodo membuat isu perombakan atau reshuffle kabinet mengemuka.
Menteri Sosial Juliari Batubara dan Menteri Kelautan Edhy Prabowo jelas diganti karena keduanya telah dicokok KPK.
Namun menteri-menteri lain juga menjadi sorotan publik terutama Menteri Agama (Menag) Fachrul Razi yang juga dikabarkan akan diganti.
Isu digantinya Menag Fachrul Razi tersebut membuat nama tokoh Nahdhatul Ulama (NU) Yahya Cholil Staquf mencuat.
Baca Juga: Profil dan Agama Vincent Rompies, Beda Keyakinan dengan Keluarga
Ia digadang-gadang bakal menggantikan Fachrul Razi meski Kepala Sekretariat Presiden Heru Budi Hartono belum membocorkannya.
"Besok. Tentunya akan diperkenalkan kepada publik oleh Bapak Presiden," ujar Heru saat dikonfirmasi wartawan, Senin (21/12/2020) malam.
Nama Yahya Cholil Staquf pun semakin santer dikaitkan dengan menteri agama setelah tokoh NU Akhmad Sahal alias Gus Sahal melempar sebuah teka-teki di akun Twitternya.
"Selamat Gus.. Semoga amanah," cuit Gus Sahal yang banyak diartikan warganet sebagai ucapan kepada Yahya Cholil Staquf.
Lalu seperti apa profil dan rekam jejak KH Yahya Cholil Staquf?
Baca Juga: Tingkatkan Penyelenggaraan Haji 2025 di Arab Saudi, Kemenag Lakukan Tiga Langkah Strategis
Yahya Cholil Staquf merupakan kiai NU yang berasal dari Rembang, Jawa Tengah, kelahiran 16 Februari 1966.
Saat ini ia menjabat sebagai Katib Aam Syuriah PBNU. Ayahnya merupakan tokoh NU sekaligus salah satu pendiri Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), KH. Muhammad Cholil Bisri.
Yahya merupakan juru bicara Presiden Abdurrahman Wahid pada tahun 1999-2001. Dirinya dikenal aktif dalam kegiatan sosial termasuk saat mendukung perjuangan rakyat Rembang dalam menolak berdirinya tambang semen di wilayahnya.
Disadur dari wawancara fnksda.or.id tahun 2015 silam, Yahya Cholil Staquf dengan tegas menolak pembangunan tambang semen tersebut karena merusak lingkungan.
"Untuk kasus penambangan semen di Rembang, ini jelas harus ditolak. Wilayah yang ada di Daerah Gunem Rembang itu harus dilindungi karena di sana ada air alam yang sangat rawan dan akan mempengaruhi hidup orang banyak dalam jangka panjang," tegas Yahya.
Yahya juga pernah menimbulkan pro kontra ketika dirinya menjabat sebagai Katib Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama. Pasalnya pada Kamis (14/06/2018) lalu, ia melakukan pertemuan dengan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu.
Informasi tersebut diketahui baik dari twitter resmi Netanyahu juga sumber situs resmi PM Israel.
"Pertemuan spesial hari ini di Yerusalem dengan Yahya Cholil Staquf, sekretaris jenderal organisasi Muslim global Nahdlatul Ulama," tulis Netanyahu di akun twitternya.
Polemik di masyarakat tak terelakkan sampai Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin ketika itu meminta publik menyudahi perdebatan.
"Mari kita akhiri saling cerca terkait ikhtiar Kiai Yahya Cholil Staquf," ujar Lukman melalui akun twitternya seperti dilihat Suara.com, Rabu (13/6/2018).
Kecaman bahkan datang dari Palestina yang sampai hari ini masih berseteru dengan Israel.
Kecaman tersebut, tertuang dalam pernyataan resmi Kementerian Luar Negeri dan Ekspatriat negara Palestina, yang diunggah ke laman resminya, https://www.mofa.pna.ps.
“Kementerian Luar Negeri dan Ekspatriat Negara Palestina mengutuk partisipasi delegasi ulama Indonesia dari Nahdlatul Ulama, yang dipimpin oleh Mr Yahya Staquf, Sekjen PBNU, di AJC Global Forum Yerusalem pada tanggal 10-13 Juni 2018.”