Suara.com - Banjir dan tanah longsor yang dipicu oleh depresi tropis yang menerjang banyak wilayah di Filipina selama akhir pekan, telah menyebabkan sedikitnya delapan orang tewas, dua luka-luka, dan satu hilang, ujar pihak berwenang pada Senin (21/12).
Sebagaimana melansir laman Xinhua, Selasa (22/12/2020), menurut Dewan Manajemen dan Pengurangan Risiko Bencana Nasional (National Disaster Risk Reduction and Management Council/NDRRMC) Filipina, korban jiwa dilaporkan tercatat di wilayah Visayas Timur, Davao, dan Caraga.
NDRRMC menyebut depresi tropis itu berdampak terhadap lebih dari 36.000 penduduk di Filipina tengah dan selatan, serta menyebabkan kerugian infrastruktur sebesar 110,4 juta peso Filipina.
Depresi tropis tersebut telah meninggalkan wilayah Filipina pada Minggu (20/12), menurut biro cuaca negara itu.
Baca Juga: Kejam! Oknum Polisi Tembak Ibu dan Anak yang Jadi Tetangganya Sendiri
Badai ke-22 yang menerjang negara tersebut terus bertiup menjauhi Filipina, bergerak dengan kecepatan 65 kilometer per jam dengan embusan angin berkecepatan hingga 80 kilometer per jam, kata biro cuaca negara itu.
Angin topan dan badai tropis biasanya menghantam Filipina dari Juni hingga Desember, merenggut banyak nyawa dan menyebabkan kerugian miliaran dolar.
Terletak di kawasan "Cincin Api Pasifik", Filipina merupakan salah satu negara paling rawan bencana di dunia.
Bencana tersebut meliputi gunung berapi aktif, gempa bumi yang sering terjadi, dan rata-rata 20 topan menerjang setiap tahunnya, yang menyebabkan banjir dan tanah longsor.
Data pemerintah menunjukkan bahwa Filipina mencatatkan kerugian sebesar 463 miliar peso Filipina akibat bencana alam dari 2010 hingga 2019.
Baca Juga: Kena Prank, Seorang Pria di Filipina Kedatangan 16 Kurir Makanan