Suara.com - Tim Pakar Satgas Penanganan Covid-19 Bidang Perubahan Perilaku, Turro Wongkaren melihat stigma negatif terhadap masyarakat yang dinyatakan positif Covid-19 masih berlaku hingga saat ini. Selain stigma yang diterima dari luar, ternyata orang yang terinfeksi pun kerap memiliki stigmanya sendiri.
Turro menjelaskan ada dua stigma yang menempel pada orang positif Covid-19. Stigma pertama itu justru datang dari diri sendiri karena timbulnya kekhawatiran.
"Dia khawatir misalnya kalau ibu atau bapak yang bekerja dia khawatir kalau ada keluarganya yang sakit dia yang menyebarkan jadi dia agak malu kalau dia ternyata menjadi penyebar," jelas Turro dalam diskusi bertajuk 'Pentingnya Peran Masyarakat Akhiri Pandemi' secara virtual, Senin (21/12/2020).
Sementara untuk jenis stigma kedua ialah yang datang dari masyarakat luar. Stigma ini muncul seiring menularnya Covid-19.
Baca Juga: Tips Aman Berwisata di Kala Pandemi
Bahkan sempat banyak cerita yang muncul ketika tenaga kesehatan diusir dari rumah kontrakannya lantaran dikhawatirkan malah menularkan virus di lingkungan tersebut.
Namun disisi lain, Turro memandang masyarakat kini lebih terbuka dengan penyebaran Covid-19. Banyak masyarakat yang langsung mengambil tindakan apabila mengetahui ada yang positif disekitarnya atau saat mengalami gejala serupa dengan Covid-19.
Meski begitu, masih ada pula masyarakat yang takut untuk memeriksakan diri. Hal tersebut disebabkan oleh faktor ekonomi.
"Bahwa mereka harus diisolasi di fasilitas kesehatan ya, tergantung dari mereka apakah mereka itu pemimpin rumah tangga itu yang mencari nafkah ataupun ibu rumah tangga atau bapak yang tinggal di rumah. Siapa pun juga itu akan sangat-sangat menyulitkan."
Baca Juga: KPK Tanggapi Nama Gibran Dikaitkan Kasus Korupsi Bansos Covid-19