Nasib Seorang Polisi Kena Sabetan Samurai Saat Bubarkan Aksi 1812

Siswanto Suara.Com
Sabtu, 19 Desember 2020 | 12:34 WIB
Nasib Seorang Polisi Kena Sabetan Samurai Saat Bubarkan Aksi 1812
Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Yusri Yunus umumkan jenis senpi rakitan laskar FPI pengawal Habib Rizieq Shihab. (Suara.com/M Yasir).
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Di tengah aksi pendukung Habib Rizieq Shihab di Jakarta, kemarin, memunculkan beberapa kasus.

Seorang polisi terluka akibat sabetan senjata tajam jenis samurai saat membubarkan aksi pendukung pimpinan FPI di depan Balai Kota Jakarta.

"Ada anggota yang terluka pada saat pembubaran di depan kantor gubernur DKI Jakarta," kata Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Komisaris Besar Yusri Yunus di Monas, Jakarta Pusat.

Peristiwa itu terjadi saat petugas sedang membubarkan massa yang awalnya berkumpul di Monumen Patung Kuda.

Baca Juga: Mobil Komando Pendukung Habib Rizieq Diejek Denny: Tepatnya, Mibil Kimindi

Kepolisian kemudian bergerak mendorong massa untuk membubarkan diri, namun saat berada di depan Balai Kota Jakarta mendadak ada seorang pengunjuk rasa yang mengeluarkan senjata tajam dan menyerang petugas.

Pria yang diduga membawa senjata tajam itu kemudian diamankan dan dibawa ke mobil tahanan. Senjata tajam jenis samurai tersebut juga kemudian disita polisi.

Sebelumnya, beberapa ormas antara lain Persaudaraan Alumni 212, FPI, dan Gerakan Nasional Pengawal Fatwa Ulama aksi di sekitar Istana Merdeka.

Pengunjuk rasa menyampaikan tuntutan agar Habib Rizieq Shihab dibebaskan dan usut tuntas kematian enam laskar FPI.

Wakil Gubernur Jakarta Ahmad Riza Patria menyarankan pendukung Habib Rizieq untuk menempuh jalur hukum daripada mengadakan demonstrasi.

Baca Juga: Mobil Komando Pendukung Rizieq Diejek Denny: Gua Kira Besar dan Gagah

"Ya memang kan negara kita negara hukum. Kalau protes sesuai peraturan. Demo boleh, hak warga. Tapi mohon diperhatikan karena sekarang ada pandemi," ujar Riza, kemarin.

Ia mengimbau ke depannya tidak ada lagi kegiatan yang menimbulkan kerumunan seperti demonstrasi karena berpotensi besar terjadi penyebaran virus SARS-CoV-2.

"Jangan sampai demo yang maksudnya baik karena kerumunan menimbulkan penularan (COVID-19) jadi tidak baik," kata Riza.

Dalam aksi kemarin ditemukan sebanyak 22 peserta yang ternyata yang reaktif pada saat petugas medis mengadakan pengetesan cepat (rapid test) COVID-19 di kawasan Monas.

"Sampai sekarang ada 22 yang reaktif, sekarang kita rujuk langsung ke Wisma Atlet. Ini menandakan bisa jadi klaster di kerumunan ini," kata Yusri Yunus. 

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI